Kiprah Kemanusiaan Muhammadiyah, Raih Pujian dari Turki
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam memiliki ribuan Amala Usaha yang dikelola dengan rapi melalui sistem organisasi yang terstruktur dari tingkatan Pusat sampai Ranting. Kerapian organisasi menjadi kunci bagi Muhammadiyah untuk tetap bisa survive sampai sekarang, sejak berdirinya pada 1912.
Organisasi yang telah berdiri lebih dari satu abad ini telah banyak melakukan aksi kemanusiaan. Muhammadiyah dalam melakukan aksinya memiliki banyak tenaga atau relawan terlatih dalam menangani kasus-kasus kemanusiaan.
Alasan ini, yang menjadikan perwakilan Director of Religious Affairs Turki, Osman Trasci. Hal itu terungkap saat rombongan PP Muhammadiyah lakukan lawatan ke Turki. Salah satu kunjungan dengan Director of Religious Affairs, setara dengan Kementrian Urusan Agama Turki pada Jumat 19 Oktober 2018.
Selain bertemu dengan Director of Religious Affairs rombongan yang terdiri dari Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini, dan Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah, Machhendra Setya Atmaja itu juga mengunjungi Diyanet Fondation, salah satu lembaga kemanusiaan di Turki, mengunjungi Turki Scholarship Burslari, dan juga menghadiri pelantikan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Turki periode 2018-2020.
Pada kesempatan itu, Osman Trasci mengucapkan belasungkawa atas banyaknya kejadian bencana alam yang melanda Indonesia akhir-akhir ini. Ia juga menuturkan, dalam mengatasi bencana, umat islam perlu untuk ikut dalam menyelesaikannya. Sehingga Non-Governmental Organization (NGO) Islam sangat penting keberadaannya, salah satunya Muhammadiyah.
"Osman beralasan, bantuan yang diberikan Turki dalam misi keagamaan kepada beberapa negara, termasuk Suriah, masih kekurangan tenaga ahli di bidang kesehatan. Sehingga kerjasama dibidang kesehatan dengan Muhammadiyah menjadi hal yang sangat penting."
Karena banyaknya pengalaman dokter dan perawat Muhammadiyah yang menangani masalah kesehatan dalam kasus kemanusiaan. Osman ingin mengajukan kerjasama dalam bidang kesehatan dengan Muhammadiyah untuk melakukan penanganan para pengungsi yang diurusi oleh Turki.
Osman beralasan, bantuan yang diberikan Turki dalam misi keagamaan kepada beberapa negara, termasuk Suriah, masih kekurangan tenaga ahli di bidang kesehatan. Sehingga kerjasama dibidang kesehatan dengan Muhammadiyah menjadi hal yang sangat penting.
Hal tersebut disambut baik Haedar Nashir. Selain kerjasama, pihaknya juga menawarkan kepada Osman Trasci untuk berkunjung ke Indonesia.
Pada kesempatan itu, Haedar Nashir menyampaikan, hubungan Indonesia dengan Turkitelah terjalin sejak lama. Ia mengungkapkan modal narasi sejarah tersebut sebagai alasan kuat bagi kedua pihak untuk membangun kerjasama dibidang-bidang lain.
Selain modal sejarah, kerjasama ini juga didukung dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang beragama Islam.
“Masyarakat Indonesia akan menyambut dengan senang kerjasama antar dua negara yang memiliki identitas Islam yang kuat seperti Turki,” tutur Haedar.(adi)