Pengungkapan Kriminal di Jantung Kota Rendah, Ini Kata Pakar
Indeks Kriminal yang dirilis Polrestabes Surabaya tahun 2018 menunjukkan kinerja Polsek Tegalsari yang merupakan kepolisian di jantung kota rendah, dengan CR (Crime Rate) 59,6 persen.
Data itu diketahui dari hasil pembagian jumlah kasus kriminal (CT) di Polsek Tegalsari yang menunjukkan angka 89 dan penyelesaian tindak pidana (CC) di Polsek Tegalsari yang hanya mencapai angka 53 saja.
Pakar Sosial Universitas Airlangga, Bagong Suyanto, menilai wajar terjadi. Mengingat wilayah Tegalsari ini merupakan jantung Kota Surabaya atau wilayah paling sibuk di Surabaya, dibandingkan dengan wilayah lain.
"Jadi wajar kalau tingkat kejahatannya lebih tinggi dibandingkan wilayah lain. Kalau menurut saya, berarti masalah yang dihadapi juga paling berat dibanding wilayah lain," ucap Bagong, saat dihubungi ngopibareng.id, Selasa, 1 Januari 2019.
Menilik hal itu, pria kelahiran Kertosono ini mengungkapkan jumlah personil serta kesiapan di Polsek Tegalsari harus lebih dipersiapkan lagi. Karena menurutnya, kejahatan tidak dapat ditentukan berdasarkan adanya pembagian geografi saja.
"Begal, copet kan di mana-mana. Intinya, daerah yang menjadi pusat ekonomi, di situlah kejahatan semakim besar," tuturnya.
Tak hanya itu, Bagong melihat tantangan yang dihadapi pihak kepolisian semakin besar. Jadi mau tidak mau aparat harus mengajak masyarakat untuk ikut andil dalam menjaga keamanan lingkungan.
Guna mengurangi tingkat kejahatan yang terjadi, ia menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk selalu berhati-hati dan siap siaga. Menurutnya, untuk memperkecil ruang gerak kejahatan, keamanan itu berawal dari diri sendiri.
"Yang penting itu jangan sampai jadi calon korban yang mengundang kejahatan. Mulai dari sisi penampilan, kalau menggunakan perhiasan jangan berlebihan, terus cara bawa tas juga kan berpengaruh," katanya. (amm)
Advertisement