Ekspor Jatim Tetap Naik di Tahun Politik, Apa Saja Andalanya?
Belum tentu saling berkaitan. Tapi ini fakta yang terjadi saat Jawa Timur baru saja punya gawe politik pemilihan Gubernur sampai pertengahan tahun 2018 ini. Fakta apa itu?
Kinerja ekspor migas dan non migas provinsi dengan jumlah penduduk terbesar kedua di Jawa ini tetap naik di tengah hiruk pikuk politik. Naik tipis bila dibandingkan dengan kinerja ekspor sepanjang semester satu tahun lalu.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Jatim yang diterima ngopibareng.id, secara kumulatif ekspor Januari-Juni 2018 yang keluar dari Jawa Timur sebesar USD 9,82 miliar. Dengan kurs Rp 14 ribu, nilai ekspor Jatim sampai pertengahan tahun ini senilai Rp 137,4 Triliun.
Jumlah ini naik sebesar 5,10 persen dibandingkan dengan periode Januari-Juni 2017 sebesar USD 9,35 miliar. Jika dirupiahkan dengan nilai tukar yang sama, maka nilai ekspor selama Semester Satu tahun lalu sebesar Rp 130,9 Triliun.
Penyumbang nilai terbesar ekspor non migas Jatim ada tiga. Yakni perhiasan dan permata, tembaga, dan barang dari kayu. Perhiasan dan permata yang diekspor dalam bentuk barang jadi. Demikian juga dengan komoditas barang dari kayu.
Sedangkan negara tujuan ekspor secara berturut-turut sesuai dengan nilainya adalah Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok. Juga negara-negara Asean dan Uni Eropa. Negara tujuan terbesar eskpor Jatim yakni Jepang sebesar 18,39 persen, sedang Uni Eropa 8,65 persen.
Jepang paling banyak menyerap komoditas perhiasan dan permata. Tembaga paling banyak diekspor ke Malaysia. Dan kayu terbanyak diserap pasar Tiongkok. ''Golongan komoditi perhiasan/permata paling banyak diekpor ke Jepang dengan nilai USD 38,05,'' tulis BPS Jatim.
Negara Asean yang menjadi tujuan utama terbesar Ekspor Jatim secara berturut-turut sesuai dengan nilainya adalah Malaysia, Thailand, dan Singapura. Malaysia menyumbang 6,54 persen dari total ekspor Jatim, Thailand 3,16 persen, dan Singapura 1,82 persen.
Jika melihat data tersebut, masih terbuka luas untuk mengembangkan eskpor Jatim ke negara-negara Asean lainnya. Seperti Filipina, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Brunei. Hanya saja perlu dicermati komoditas apa saja yang dibutuhkan negara-negara tersebut.
Dominasi Industri
Yang menarik, ekspor ke negara-negara tersebut masih didominasi komoditas hasil industri. Ia menyumbang 83,17 persen dari total ekspor Jatim. Sedangkan sektor pertanian hanya menyumbang 7,01 persen. Padahal, Jatim merupakan salah provinsi yang mengembangkan agropolitan di Jawa.
Ini sejalan dengan struktur ekonomi Jatim. Industri pengolahan di wilayah ini mencapai hampir 30 persen dari struktur ekonominya. Sementara, pertanian hanya menyumbangkan 13 persen lebih. Setelah industri yang memiliki kontribusi adalah perdagangan.
Kontribusi industri Jatim terhadap kinerja industri nasional tergolong besar. Berdasarkan data dari pemprov Jatim, provinsi di ujung timur pulau Jawa ini menyumbang 21,08 persen. Ini berarti berada di urutan kedua setelah Jabar yang menyumbang 27,59 persen.
Industri bidang apa saja yang dominan di Jatim? Ternyata industri pengolahan makan dan minuman sebesar 30,44 persen, industri pengolahan tembakau 27,07 persen, dan industri kimia & obat tradisional sebesar 8, 30 persen.
Tidak diperoleh data persis berapa dari ketiga sektor industri ini yang menjadi penyumbang ekspor tertinggi. Juga tak diperoleh informasi masuk dalam kategori industri apa tiga penyumbang ekspor Jatim selama ini.
Yang manarik justru kontribusi masing-masing jenis industri terhadap penyerapan tenaga kerja. Dalam hal ini, industri kecil justru yang paling besar menyerap tenaga kerja. Dari 791,442 industri kecil yang terdaftar mampu menyerap 1,8 juta lebih tenaga kerja.
Sedangkan industri menengah dan besar menyerap tenaga kerja yang lebih kecil. Dari 20 ribu lebih industri menengah menyerap 963.941 tenaga kerja. Sedangkan 1.145 industri besat di Jatim hanya bisa menampung 372 lebih tenaga kerja.
Melihat profil ini, sebetulnya mendorong industri kecil untuk komoditas ekspor lebih menguntungkan dalam hal penyerapan tenaga kerja. Sayangnya, jika melihat jenis komoditas yang memberikan sumbangan pada ekspor Jatim tampaknya lebih dipasok dari industri besar dan menengah.
Sensistif Pada Neraca Perdagangan
Jika industri menjadi penyumbang terbesar ekspor Jatim adalah industri besar dan menengah, maka menjaga kenyamanan dan keamanan industri-industri Jatim menjadi sangat penting dalam mempertahankan kinerja ekspor. Terganggu sedikit, maka kinerja ekspor bisa langsung drop.
Data tersebut memberikan pelajaran bahwa berbagai variabel yang bisa mempertahankan dunia industri Jatim perlu mendapat perhatian serius pemerintah. Diantaranya adalah gejolak buruh, pasokan bahan baku, dan pengembangan kawasan-kawasan industri.
Seperti diketahui, upaya menjaga gejola buruh di Jatim selama ini relatif berhasil. Dengan pendekatan personal Gubernur dan Wakil Gubernurnya, Jatim telah berhasil mengendalikan gejolak buruh. Hanya beberapa kasus buruh yang sempat mengganggu industri Jatim.
Jika tidak ingin tersandera oleh satu sektor andalan eskpor, sudah saatnya Jatim mulai memikirkan sektor lain yang potensial dikembangkan provinsi ini. Pertanian, misalnya. Pengembang sektor ini untuk tujuan ekspor akan bisa menjamin stabilitas kinerja perdangannya.
Barangkali, yang harus menjadi perhatian pemerintah Jatim adalah mendorong hadirnya industri-industri pengolah bahan baku industri. Data impor yang ada menunjukkan bahwa neraca perdagangan Jatim juga sensitif terhadap besarnya impor bahan baku industri. (Arif Afandi/Tim Redaksi Ngopibareng)
Advertisement