Kim Jong-un Perangi Covid-19, Menutup Ibu Kota Hingga Eksekusi
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mengklaim bahwa negaranya bebas dari virus corona (Covid-19), di tengah banyak negara melakukan lockdown hingga mengalami lonjakan kedua Covid-19.
Dalam pidatonya, Kim Jong Un berterima kasih pada warganya karena telah mematuhi langkah-langkah agar negaranya tetap bebas dari pandemi corona.
Kenyataannya, Kim Jong-un punya cara untuk "perang" melawan Covid-19. Anggota parlemen Korea Selatan (Korsel) mengutip pernyataan badan mata-mata negara tersebut bahwa Kim Jong-un dilaporkan telah memerintahkan eksekusi terhadap setidaknya dua orang, melarang penangkapan ikan di laut dan mengunci Ibu Kota Pyongyang. Semua itu dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk menjaga negaranya dari virus corona dan kerusakan ekonominya.
Dalam laporannya kepada parlemen, badan intelijen Korsel National Intelligence Service (NIS) menyatakan bahwa Korea Utara juga telah melarang penangkapan ikan dan produksi garam di laut untuk mencegah air laut terinfeksi virus.
"Korea Utara juga melakukan upaya peretasan yang gagal pada setidaknya satu perusahaan farmasi Korea Selatan yang mencoba mengembangkan vaksin virus corona," ungkap NIS seperti dikutip dari NBC News.
Korea Utara telah menyatakan bahwa mereka tidak menemukan satu pun kasus virus corona di wilayahnya, klaim yang dibantah oleh para ahli, meskipun dikatakan melakukan upaya habis-habisan untuk mencegah penyebaran virus. Wabah besar dapat menimbulkan konsekuensi yang mengerikan karena sistem perawatan kesehatan Korut tetap lumpuh dan menderita kekurangan pasokan medis yang kronis.
Pandemi tersebut memaksa Korea Utara untuk menutup perbatasannya dengan China, mitra dagang terbesar dan pemberi bantuan, pada bulan Januari. Penutupan tersebut, bersama dengan serangkaian bencana alam selama musim panas, memberikan pukulan berat bagi ekonomi Korut yang berada di bawah sanksi yang dipimpin Amerika Serikat (AS).
Perdagangan Korea Utara dengan China dalam 10 bulan pertama tahun ini mencapai 530 juta dolar AS, sekitar 25 persen dari angka yang sama tahun lalu.
Kelompok pemantau Korea Utara di Seoul mengatakan nilai tukar won ke dolar baru-baru ini turun secara signifikan karena orang-orang menemukan sedikit tempat untuk menggunakan mata uang asing setelah penyelundupan sebagian besar dihentikan menyusul penutupan perbatasan China.
Anggota parlemen Korsel, Ha Tae-keung, masih mengutip NIS, mengatakan Kim Jong-un menunjukkan kemarahan yang berlebihan dan mengambil tindakan irasional atas pandemi dan dampak ekonominya.
Ha mengatakan NIS mengatakan kepada anggota parlemen Korsel bahwa Korut mengeksekusi penukar uang terkenal di Pyongyang bulan lalu setelah menahan orang yang bertanggung jawab atas penurunan nilai tukar. Korut juga mengeksekusi seorang pejabat penting pada Agustus karena melanggar peraturan pemerintah yang membatasi barang yang dibawa dari luar negeri. Kedua orang itu tidak diidentifikasi namanya.
"Korut baru-baru ini menempatkan Pyongyang dan provinsi Jagang utara di bawah isolasi karena masalah virus. Awal bulan ini, mereka memberlakukan tindakan penguncian di daerah lain di mana para pejabat menemukan barang-barang tidak sah dan mata uang asing yang dibawa masuk," kata Ha mengutip NIS.
Menurut pengarahan NIS, Korea Utara memerintahkan misi diplomatik luar negeri untuk tidak memprovokasi AS, memperingatkan duta besar mereka tentang konsekuensi jika komentar atau tindakan mereka terkait dengan AS menyebabkan masalah dalam hubungan dengan Washington.
"Pemerintah Kim juga memerintahkan para diplomatnya di luar negeri untuk menahan diri dari tindakan apa pun yang dapat memprovokasi Amerika Serikat karena khawatir tentang pendekatan baru yang diharapkan Presiden terpilih Joe Biden terhadap Korea Utara," kata anggota parlemen kepada wartawan setelah menghadiri briefing pribadi dengan NIS.
Pemerintah Korut sendiri tetap bungkam atas kemenangan Joe Biden terhadap Presiden Donald Trump, yang melakukan tiga kali melakukan pertemuan dengan Kim Jong-un sepanjang 2018-2019 mengenai persenjataan nuklir Korut. Sementara diplomasi akhirnya terhenti, pertemuan itu membantu Kim dan Trump membangun hubungan pribadi serta perang kata-kata dan saling ancam yang telah mereka lakukan sebelumnya.
Salah satu anggota parlemen Korsel, Kim Byung-kee menambahkan, Korea Utara menunjukkan kecemasan karena hubungan persahabatannya dengan Trump menjadi tidak berguna dan harus mulai dari awal dalam menangani pemerintahan Joe Biden yang akan datang.
Advertisement