Kiat Maidi Hijaukan Kota Madiun Hadapi Krisis Iklim Dunia
Walikota Madiun, Jawa Timur, periode April 2019- April 2024 Maidi punya kiat mengatasi krisis iklim dunia. Salah satu yang dikhawatirkan adalah bagaimana daerah-daerah di Indonesia dan Kota Madiun menghadapi kecemasan akan krisis iklim.
Menurut Maidi, bahwa para kepala daerah di tanah air harus peka dengan kondisi alam selama ini. Karena, jika hal itu betul-betul terjadi, maka ancaman seperti kekeringan, krisis air, juga daerah-daerah gundul akibat tanaman kota dan hutan yang tak tumbuh baik.
Soal kondisi itu, pria yang mengawali karier sebagai guru Pegawai Negeri Sipil dan menjadi Sekretaris Daerah Kota Madiun ini, sudah punya kiatnya. “Konsep yang kita bangun sederhana,” ujarnya yang datang khusus di acara Ulang Tahun Ngopibareng.id keenam pada Jumat 21 Juni 2024 ini.
Salah satu kiat yang diterapkan yaitu, membuat program dengan para Ibu-Ibu PKK, juga Ketua Rukun Tetangga/Rukun Warga (RT/RW) di Kota Madiun. Mulai dengan tanam bunga dan tanaman produktif di lingkungan perkampungan, kemudian perawatan hingga menjadi besar.
Program penghijauan ini, menurut Maidi, punya manfaat besar terhadap kemaslahatan lingkungan. Setidaknya bagaimana menghijaukan kampungnya sendiri-sendiri yang langsung disemangati dan melibatkan camat, lurah dan kepala desa di seluruh RT/RW Kota Madiun.
“Jadi, warga yang tanam bunga dan mengawasi bunga berikut tanaman yang ditanam warga. Jadi ketika orang teriak-teriak krisis iklim dunia, Kota madiun sudah hijau,” tandas pria yang pernah menjabat di Kota Pendekar—sebutan lain Kota Madiun ini.
Kebersihan Gorong-gorong Kota
Maidi mencontohkan, di Kota Madiun tercatat ada 811 Rukun Tetangga. Sebagai Upaya kota jadi bersih, dirinya membuat sejumlah terobosan. Di antaranya dengan memberikan anggaran Rp10 juta per RT seluruh Kota Madiun untuk membersihkan gorong-gorong dan got yang ada di lingkungan. Jumlah total anggaran yang digelontorkan untuk program itu total Rp14 miliar.
Untuk program itu, Maidi tidak main-main. Selurut Ketua RT dilibatkan berikut pengurusnya untuk program kebersihan gorong-gorong dan got di lingkungan. Program tersebut juga menggunakan SK Walikota Madiun. “Jadi, dana kita berikan ke RT dan pengurusnya, untuk kebersihan lingkungan,” ujarnya.
Tapi, kalau ada misalnya RT yang tidak serius dengan program ini, maka tidak-segan-segan akan dicopot dari posisinya.”Ini kerja bersama, kerja lingkungan harus serius,” tandas Maidi di depan para editor Ngopibareng.id di Kantor Taman Gayungsari Barat II Nomor 12 Surabaya.
Tak hanya itu, Maidi juga memberikan anggaran tambahan lingkungan hijau Rp5 juta di Kota Madiun. “Program penghijauan itulah yang sekarang ini tengah berjalan,” tandas Maidi.
Seperti diketahui, Pemerintah Kota Madiun mulai memberlakukan program kebersihan saluran lingkungan tahun 2024 ini. Program dengan anggaran Rp10 juta per Rukun Tetangga (RT) ini dimulai awal bulan Mei lalu.
Untuk lokasi ini, sebagian telah dikerjakan. Di antaranya di lingkungan Jalan Wanodya Bhakti Kelurahan Kanigoro, Kota Madiun pada Kamis 9 Mei 2024 lalu. Program ini melibatkan masyarakat guna membersihkan saluran yang ada di lingkungan RT masing-masing.
Menurut Ketua Kelompok Masyarakat (Pokmas) RW 7 Kanigoro, Sumilan, program ini merujuk Perwali, yaitu kegiatan utamanya berupa pengedukan sedimen yang ada di saluran.
“Jadi, kalau seandainya ada sisa anggaran diperbolehkan untuk perbaikan saluran atau penutupan (bagian atas) saluran,’’ katanya dikutip di laman madiuntoday pada Jumat 10 Mei 2024.
Dikatakan Sumilan, untuk program ini kelompoknya mendapatkan Rp10 juta per RT. Sedangkan di Rukun Warga (RW) di tempatnya ada empat RT. Rinciannya di RT 29, 30, 31 dan RT 32. “Jadi total kami mendapatkan Rp 40 juta,’’ tandas pria yang juga Ketua RW 7 di Kelurahan Kanigoro Madiun Kota dikutip di laman madiunkota.go.id.
Sebagai catatan, pekerjaan kebersihan saluran memang dikembalikan kepada masyarakat melalui Pokmas. Artinya, pemerintah memberikan anggaran, masyarakatlah yang mengerjakan. Dengan begitu pekerjaan bisa lebih cepat dan efisien. Selain itu, ekonomi di tataran bawah juga menggeliat.
“Masyarakat setempat bisa mendapatkan pekerjaan sekaligus kebersihan lingkungan juga bisa terjaga,” imbuh Sumilan.