Kiat Jadi Kaya dan Sejahtera, Jangan Sepelekan Segenggam Garam
Kiat Menjadi Kaya dan Sejahtera
Ketika di Salatiga di hadapan para mahasiswa perguruan tinggi Islam, KH Husein Muhammad menyampaikan pengantar dialog. Antara lain tentang negara sejahtera. Berikut sebagian ulasannya:
Legatum Istitute mencatat setidaknya ada tujuh negara yang bisa dikatakan negara paling makmur di dunia.
Denmark merupakan negara yang paling makmur di dunia pada tahun ini. Skornya mencapai 84,55 poin. Urutan kedua diikuti oleh Swedia dengan skor indeks kemakmuran mencapai 83,67 poin. Setelahnya ada Norwegia dengan skor indeks kemakmuran sebesar 83,59 poin.
Negara Asia juga tidak ada yang masuk dalam tujuh daftar negara termakmur.
Seorang santri bertanya: Do'a apa ya yang mereka baca?. Yang bisa menjamin orang menjadi kaya raya, rizkinya banyak dan bahagia?.
Aku hanya bilang : Hari-hari ini kita menyaksikan dan mendengar pidato para ahli pidato yang menawarkan doa-doa yang menjamin orang yang membacanya pasti kaya dan masuk sorga.
Lalu aku mengatakan : "apa yang kita peroleh adalah hasil kerja-kerja serius dan sungguh-sungguh kita : kerja fisik, intelektual dan spiritual. Itulah Keadilan Tuhan. Wallahu A'lam.
Boleh jadi kiat itulah yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di negara-negara sejahtera itu. Aku tidak tahu apakah mereka yang sekuler itu berdoa. Demikian juga kesuksesan Cina, yang dikenal sebagai negara komunis itu.
Jangan Sepelekan Segenggam Garam
Sa’di Shirazi bercerita: Raja Anusyirwan yang adil itu, diiringi para pembantunya, suatu hari pergi berburu rusa di sebuah hutan.
Manakala kemudian rusa diperoleh, ia meminta para punggawa/ pengawal, memanggangnya, seperti bikin sate atau ayam bakar. Bumbu-bumbu kemudian disiapkan. Tetapi ada satu yang ketinggalan: garam.
Raja meminta salah seorang di antara mereka mencari segenggam garam di rumah penduduk desa terdekat.
Sebelum dia berangkat, Raja berkata: “Belilah garam rakyat itu sesuai harganya. Kamu jangan membiasakan diri mengambil milik orang lain di kampungmu begitu saja. Kelak kampung itu akan binasa karenanya”.
Si punggawa heran: “Apakah yang salah bila aku ambil segenggam garam itu, seberapalah harga barang yang remeh temeh itu?”
Dengan tenang Raja menjawab: “Kezaliman di dunia ini dimulai dari yang kecil. Tetapi orang-orang yang datang kemudian akan mengambil lebih besar dari pendahulunya. Jika Raja mengambil hanya segenggam garam, maka para pejabat akan merampas tanah sebahu. Jika Raja mengambil sebiji apel dari kebun milik orang, para pejabat akan mencabut pohon itu seakar-akarnya. Jika Raja membolehkan mengambil lima butir telor.
Maka seribu ekor ayam akan menyusul dipanggang si pejabat. Orang zalim memang tak ada yang kekal. Tapi kutukan karena kezaliman akan abadi”.
Kasus-kasus korupsi di banyak negara berawal dari korupsi kecil, sepele. Pembiaran atasnya tanpa tindakan hukum akan menjadikan kejahatan itu menyebar sampai ke bawah, lalu dianggap wajar. Bahkan menjadi tradisi yang dimaklumi.
Adagium mengatakan : "al Nas 'ala diini mulukihim". Rakyat itu mengikuti pemimpinnya. Dan ini niscaya pada saatnya bangsa itu akan berantakan dan hancurkan hancur luluh.
Sa’di Shirazi (Saadi) adalah seorang penyair, penulis prosa, dan pemikir Persia. Dia dilahirkan di Shiraz antara tahun 1184-1210 dan meninggal antara tahun 1291 atau 1292 M.
Sa’di dikenal dunia melalui dua karya besarnya : "Bustan' (Kebun Buah) dan "Gulistan" (Taman Mawar). Dia seorang penyair besar sekaligus seorang sufi, sang bijakbestari.
Demikian ulasan KH Husein Muhammad. (24.09.23/HM)
Advertisement