Kiai Wahab Tertawa Saat Menalqin Kiai Abdul Karim Lirboyo
Hubungan para kiai pesantren bukanlah sebatas fisik semata, melainkan ada hubungan ruhani yang sangat mendalam. Bukan sebatas di alam fisik saja, melainkan juga sampai di alam barzakh. Inilah yang terjadi dalam kisah KH Abdul Wahab Chasbullah, Tambakberas Jombang dan KH Abdul Karim Lirboyo Kediri.
Saat itu, KH Abdul Karim Lirboyo sedang masa kritis dan mendekati koma, namun masih sadar selalu menanyakan hari-hari kepada sanak keluarga yang menunggunya. Ketika memasuki hari senin, Kiai Abdul Karim Lirboyo nampak wajahnya memancarkan bahagia, sambil berdoa semoga Allah SWT memanggil pada hari itu juga. Kiai Abdul Karim sangat mendambakan bisa meninggal hari Senin seperti wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Keinginan itu diijabah Allah SWT. Tepat hari Senin 21 Ramadhan beliau wafat. Keheningan sangat terasa saat upacara pemakaman berlangsung. Tapi ketika pembacaan talqin hampir selesai mendadak suasana sedikit berubah.
KH Wahab Chasbullah (saat itu menjadi Rais Aam PBNU) menjadi ulama yang bertugas melakukan talqin. Kata-kata Kiai Wahab saat itu membuat yang datang dalam pemakaman merasa ganjil.
“Kiai Abdul Karim, menawi malaikat tangklet punapa partai sampeyan, jawab kanti tegas partai kula NU.” (Kiai Abdul Karim, apabila ditanya malaikat apa partai kamu, jawab dengan tegas partai saya NU).
Proses talqin berlangsung dengan khidmat, tapi ternyata Kiai Wahab malah tertawa. Tentu saja yang hadir ikut senyum-senyum, tidak berani ikut tertawa sebagaimana Kiai Wahab.
Peristiwa itu menjadi rahasia yang penuh keganjilan. Semua menunggu jawaban, apa yang sebenarnya terjadi dalam proses talqin itu.
Pada suatu hari, Kiai Wahab memberikan jawaban tentang peristiwa yang membuatnya tertawa saat mentalqin Pendiri Pesantren Lirboyo Kediri itu.
“Bagaimana aku tidak tertawa, lha Kiai Abdul Karim malah menjawab, “lha wong kayak gitu kok ditanyakan”.
Itulah kisah hikmah yang tak terduga. Begitulah para kekasih Allah menjalin keakraban, sampai alam barzakh pun masih terlihat sangat akrab, bahkan dipenuhi tawa. Para kekasih Allah itu memang tiada takut dan susah, karena tujuan mereka hanya Allah semata.
Demikian Kisah Kiai Wahab tertawa saat mentalqin Kiai Abdul Karim Lirboyo.
Kepada Kiai Wahab dan Kiai Abdul Karim, Lahuma Al-Fatihah. (Sumber: Buku Tambakberas: Menelisik Sejarah, Memetik Uswah, hlm. 396).
Advertisement