Ulama Karismatik, Kiai Thochah Hasan Menghadap ke Rahmatullah
Prof Dr KH Tholchah Hasan, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang Menteri Agama era Presiden Abdurrahman Wahid, meninggal dunia dalam usia 81 tahun, pada Rabu, 29 Mei 2019 pk 14.10 WIB. Jenazahnya disemayamkan di kediamannya di Singosari, Malang.
Sejak dua pekan lalu, Kiai Tholchah Hasan keluar-masuk rumah sakit (RS) dan beberapa hari dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSAA) Malang. Ketika itu, kondisi Kiai Tholchah memang sudah kritis dan butuh alat bantu yang canggih, kata Fathien Furaida, putri Kiai Tholchah.
Dia menambahkan Kiai Tholchah memang kerap keluar-masuk RS beberapa bulan terakhir. Fathien enggan mengatakan penyakit yang diidap Kiai Tholchah.
Kiai Muhammad Tholchah Hasan lahir di Tuban, Jawa Timur, 10 Oktober 1938, adalah Menteri Agama pada Kabinet Persatuan Nasional era Gus Dur. Ia meraih gelar sarjana dari Universitas Merdeka Malang. Sebelum ditunjuk menjadi menteri, politikus dari Partai Kebangkitan Bangsa ini menjabat Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) hingga 1998.
"Kelihaian dan ketekunannya dalam berorganisasi juga tampak dari lembaga-lembaga pendidikan yang ia bidani terorganisir secara sistematis dan rapi. Kiai Tholchah juga terlihat kemampuan baiknya dalam melakukan kaderisasi."
Sebagai seorang ulama, ia adalah sosok dengan keilmuan yang mendalam. Penguasaannya terhadap teks-teks agama ditunjukkan dengan aktivitasnya mengajar di pondok pesantren dan di berbagai perguruan tingi. Sebagai seorang tokoh agama ia juga mampu menciptakan pemikiran-pemikiran segar dalam pemahan terhadap agama.
Buku populer yang ia tulis (disamping banyak karya yang lain) adalah “Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan Persepsi NU.” Perannya sebagai ulama juga ditunjukkan dengan eksistensi Masjid Sabilillah di Singosari Malang yang dibangun bersama salah seorang founding father NKRI, KH Masykur. KH Masykur menunjuk Kiai Alumni Tebuireng ini sebagai ketua panitia pembangunan masjid itu.
Kiai Tholchah mampu mengembangkan Masjid Sabilillah menjadi sebuah masjid yang tidak hanya menonjol sebagai tempat ibadah, melainkan tempat pengembangan masyarakat dengan memberdayakan masjid berperan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.
Hal ini dutunjukkan dengan adanya sekolah mulai tingkat dasar sampai lanjutan, kegiatan sosial ekonomi dengan adanya Laziz Sabilillah, Poliklinik sebagai pusat kesehatan Masyarakat. Semuanya itu dikelolah dengan baik dibawah Masjid Sabilillah.
Hal demikian ini menunjukkan, KH Tholchah mampu mengembangkan masjid sebagai pusat peradaban seperti masa lalu. Sebagai tokoh pendidikan, kepiawaiannya ditunjukkan dengan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan yang ia rintis dan ia kembangkan. Tercatat bahwa sejumlah lembaga yang dia rintis dan ia kembangkan mampu berkembang menjadi lembaga pendidikan yang tumbuh maju dan pesat.
Lembaga-lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Agama Islam (YPAI) yang membawahi lembaga-lemabaga mulai dari SD/MI, SMP/MTs, SMA, MA dan SMK, adalah lembaga-lembaga pendidikan yang ia rintis dan ia kembangkan menjadi salah satu lembaga pendidikan yang maju saat ini di kabupaten Malang.
Demikian pula halnya dengan Universitas Islam Malang (Unisma), sebuah universitas dimana ketika Kiai Tolchah menjadi rektornya, menjadi Perguruan Tinggi Percontohan Nahdlatul Ulama.
Karakternya sebagai organisator, terlihat ketika Kiai Tholchah Hasan tekun dalam masalah organisasi. Kegiatannya dalam organisasi yang dimulai semenjak di tebuireng ia kembangkan dalam Organisasi NU. Semenjak muda ia sudah pernah menjadi Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Pimpinan Cabang Kabupaten Malang pada era tahun 1960-an.
Kelihaian dan ketekunannya dalam berorganisasi juga tampak dari lembaga-lembaga pendidikan yang ia bidani terorganisir secara sistematis dan rapi. Kiai Tholchah juga terlihat kemampuan baiknya dalam melakukan kaderisasi.
Semua lembaga yang dirintisnya sudah dilepasnya untuk diserahkan kepengurusannya kepada tenaga-tenaga yang lebih muda.
Perannya dalam pemerintahan ia tunjukkan dengan pengalamannya sebagai Menteri Agama di era Gus Dur, dan ia juga pernah menjabat sebagai Badan Wakaf Indonesia (BWI). Di PBNU, KH Tholhah Hasan pernah mengemban amanah sebagai Wakil Rais Aam PBNU mendampingi KH Sahal Mahfudh.(adi)