Kiai Said Aqil: Nilai Kegotongroyongan itu Panggilan Jiwa Kiai NU
Jakarta: Para kiai Nahdlatul Ulama (NU) punya kemampuan dalam memahami nash Al-Quran sehingga keberadaannya di negeri ini sangat terasa, termasuk dalam merawat kebhinekaan. Di desa-desa, para kiai secara ikhlas menanamkan karakter bangsa.
"Para kiai mengajak masyarakat untuk rukun, gotong-royong, toleran, itu panggilan jiwa. Tidak dibayar," kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU), Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA saat memberikan sambutan pada peluncuran buku "Miqat Kebhinekaan" yang diselenggarakan di gedung PBNU, Jumat sore (09/06/2017).
Kiai Said Aqil menambahkan, kehidupan harmoni di Indonesia juga tak lepas dari peran kiai yang mengkreasi budaya keislaman seperti tahlil, selametan dan lainnya. Masyarakat pun bisa sering berkumpul dan berembuk, tidak lagi punya keleluasaan untuk konflik.
"Konflik tentu ada namun cepat selesai karena mereka sering bertemu di forum pengajian, tahlil, manaqiban, asyraqalan dan lainnya," ujar Kiai Said Aqil, dalam rilisnya pada ngopibareng.id.
Kiai Said Aqil menambahkan, dalam konteks keindonesiaan, para kiai juga ikut memformulasikan Pancasila dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari hari.
"Dalam Pancasila terdapat ajaran hablun minallah dan hablun minan nas. Inilah kiai-kiai Nusantara," kata Kiai Said Aqil (adi)
Advertisement