Kiai Sahal: Percaya Diri, Kunci Sukses Menapaki Masa Depan (2)
Salah satu karakter menonjol KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh adalah Al-I'timad Ala al-Nafsi (percaya diri, self confidence). Dr Jamal Ma'mur Asmari, akademisi di Pati menulis Al-I'timad Ala al-Nafsi Kiai Sahal.
Berikut kunci-kunci kebaikan bagi generasi milenial, bagian terakhir.
Dalam kajian nafkah, Kiai Sahal mengutip kitab fiqh "للموسر مدان وللمتوسط مد ونصف وللمعسر مد ", bagi orang kaya wajib memberikan nafkah Dua mud, bagi Ekonomi kelas menengah satu setengah mud Dan bagi Ekonomi bawah satu mud.
Kiai Sahal kemudian melakukan kontekstualisasi ukuran dua mud, satu setengah mud, Dan satu mud untuk kehidupan modern sehingga konsep fiqh tetap relevan.
Maka wajar jika Prof. Dr. Qodri Azizy menyatakan bahwa pembaharuan pemikiran Kiai Sahal bersumber dari dalam (kajian kitab Kuning), bukan dari sumber lain sebagaimana lazim yang terjadi pada cendekiawan yang lain.
Ketiga, Kiai Sahal Tidak minder tampil apa adanya di berbagai forum bersama birokrat, cendekiawan, Dan Aktivis lainnya yang mempunyai banyak gelar akademik, seperti Profesor Dan Doktor dari berbagai disiplin ilmu.
Kiai Sahal dalam salah satu forum mengisahkan, jika dalam forum ilmiah para Profesor Dan Doktor banyak menggunakan bahasa Inggris, maka Beliau banyak menggunakan bahasa Arab sehingga banyak Profesor Dan Doktor yang kurang Memahami. Kiat ini membuat Profesor-Doktor Tidak terlalu membanggakan diri dengan gelar akademiknya Dan menganggap remeh pihak lain karena mereka juga Punya kelemahan Dan kekurangan.
Kiat unik Kiai Sahal untuk tetap tampil percaya diri dalam berbagai forum ilmiah ini menarik di simak sebagai Cara khas Kiai.
Keempat, Al-I'timad Ala al-Nafsi Kiai Sahal Tidak hanya dalam lapangan ilmu, tapi juga dalam Hal Ekonomi. Dalam konteks ini, maka al i'timad ala al-Nafsi dimaknai dengan kemandirian.
Sejak di Pesantren, Kiai Sahal menampilkan diri sosok yang tegar, baik saat susah atau Bahagia. Kiai Sahal pandai menyembunyikan kondisi riil agar tetap terlihat tegar Dan tidak sedih. Mbah Dullah Salam pernah mengirimkan Surat saat Kiai Sahal masih Studi di Pesantren yang isinya "Ono musim rendeng lan Ono musim ketigo", Ada saat banyak rizki sehingga bisa mengirim wesel tepat waktu Dan Ada saat sulit sehingga telat mengirim wesel.
Saat kiriman wesel telat, penampilan Kiai Sahal tetap terhormat. Beliau Tidak menampilkan diri sebagai santri yang butuh pertolongan, sehingga bermental peminta atau pembebek. Dengan penampilan ini Kiai Sahal tetap tampil percaya diri Tidak membuat sedih teman-temannya.
Kelima, Kiai Sahal adalah sosok yang menghindari tamak kepada pihak lain dalam bentuk apapun. Berbagai usaha dilakukan demi menggapai kemandirian Ekonomi. Kiai Sahal juga mendorong santri-santri untuk berwirausaha agar terhindar dari penyakit tamak.
Kiai Sahal membuktikan diri bahwa santri bisa mandiri dengan berpijak kepada kedua kakinya. Pondok Pesantren Maslakul Huda yang dipimpin Kiai Sahal termasuk Pesantren mandiri yang Punya banyak unit usaha yang bisa digunakan untuk membiayai kegiatannya sendiri Dan bahkan mampu memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
Kiai Sahal sering memotivasi para Kiai supaya Tidak tergantung dengan pihak manapun sehingga bisa independent Dan Tidak disetir oleh siapapun, termasuk oleh politisi yang Punya agenda kekuasaan dengan memanfaatkan pengaruh besar Kiai di tengah masyarakat.
Keteladanan Kiai Sahal dalam Bidang keilmuan, ekonomi Dan dalam Bidang yang lain adalah konsistensi, kedisiplinan, Dan kesabaran dalam berproses. Kiai Sahal bukan sosok yang ingin langsung menikmati hasil dari proses yang dilakukan. Beliau melalui proses dengan penuh kesabaran, alami, Dan menghindari hal-hal yang instant.
Al-I'timad Ala al-Nafsi Kiai Sahal sebagaimana dijelaskan di atas menjadi pembelajaran berharga bagi para santri supaya tetap percaya diri dengan khazanah intelektual yang digelutinya (kitab Kuning) Dan tidak minder dengan khazanah keilmuan yang lain. Santri juga Harus aktif berusaha untuk menghindari tamak Dan mampu membangun independensi pemikiran Dan perjuangan dalam rangka li i'laai kalimatillah allati hiya al-ulya, amiin.
والله اعلم بالصواب
Rabu, 9 Rajab 1441 - 4 Maret 2020. Dipetik dari akun facebook Jamal Ma'mur Asmani
Advertisement