Kiai Sahal: Percaya Diri, Kunci Sukses Menapaki Masa Depan (1)
Salah satu karakter menonjol KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh adalah Al-I'timad Ala al-Nafsi (percaya diri, self confidence). Dr Jamal Ma'mur Asmari, akademisi di Pati menulis Al-I'timad Ala al-Nafsi Kiai Sahal.
Berikut kunci-kunci kebaikan bagi generasi milenial, bagian pertama.
Dalam maqalah yang terkenal:
الاعتماد علي النفس أساس النجاح
Berpijak kepada kemampuan sendiri adalah pondasi kesuksesan.
Dalam bahasa inggris dikenal falsafah "Be Yourself", jadilah diri kamu sendiri. Artinya, kenali Dan kembangkan potensi unikmu sendiri.
Menurut KH As'ad Said Ali, salah satu cara Belanda menjajah bangsa Indonesia adalah menanamkan "inferiority complex", rasa rendah diri dan minder akut karena menganggap bangsa Indonesia sebagai bangsa kuli (babu) yang hanya pantas menjadi budak, pelayan, jongos, sehingga Tidak pantas merdeka, bebas, Dan berkreasi.
Dengan Strategi internalisasi "inferiority complex" ini, Belanda berhasil membunuh mental bangsa Indonesia sehingga mereka menerima Apa adanya untuk dijajah Dan dieksploitasi sumber daya Alam Dan manusia secara Tidak berperikemanusiaan. Inilah bahayanya "inferiority complex" Dan urgensi menanamkan "self confidence" kepada bangsa Indonesia agar berani menegakkan kepala Dan harga diri dengan Prestasi.
Karakter al-I'timad ala al-Nafsi (self confidence) adalah manifestasi dari Firman Allah QS. Al-Munafiqun 63:8:
ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين ولكن المنافقين لا يعلمون
Keagungan-kemuliaan itu milik Allah, RasulNya Dan orang-orang yang beriman, tetapi orang-orang munafik (hipokrit) Tidak mengetahuinya
Banyak indikator Al-I'timad Ala al-Nafsi KH MA Sahal Mahfudh yang membuktikan bahwa Kiai Sahal Tidak Punya sifat membebek-mengekor kepada madzhab keilmuan mainstream yang hegemonik. Beliau tampil dengan orisinalitas Dan otentisitas pemikiran Dan gerakan sosial. Antara lain:
Pertama, beliau percaya diri menampilkan referensi dari kitab-kitab Kuning yang dikaji di Pesantren dalam forum-forum seminar bersama para pakar.
Ketika Penulis menghadiri seminar Nasional fiqih sosial di Yogyakarta tahun 2002 yang diadakan KMF Yogyakarta yang dihadiri Kiai Sahal, Kiai Malik Madani, Mas Ulil Abshar Abdalla Dan Mas Sumanto Al Qurthubi, Kiai Sahal mengutip nadham dalam muqaddimah kitab Mukhtashar Jiddan Ala Syarhi al-Ajurumiyyah:
ان مبادئ كل فن عشرة - الحد والموضوع ثم الثمرة
وفضله ونسبة والواضع - والاسم الاستمداد حكم الشارع
مسائل والبعض بالبعض اكتفي - ومن دري الجميع حاز الشرف
Sesungguhnya pendahuluan setiap Cabang ilmu Ada sepuluh: definisi, obyek kajian, buah, distingsi, relasi, penemu, nama ilmu, sumber pengambilan, hukum mempelajari, Dan masalah-masalah yang dibahas. Sebagian sepuluh dengan sebagian yang lain dianggap cukup. Namun orang yang mampu menguasai semuanya (sepuluh) maka IA memperoleh kemuliaan.
Kedua, dalam makalah-makalah diskusi Dan seminar, Kiai Sahal dengan percaya diri mengutip referensi kitab Kuning yang menjadi kebanggaan Pesantren. Selain kitab-kitab fiqh Dan Ushul Fiqh, Kiai Sahal sering mengutip kitab Ihya' Ulumiddin karya Imam Ghazali.
Syarat Ulama Harus "Faqih Fi Mashalihil Khalqi" peka terhadap kemaslahatan makhkuk adalah pemikiran Al-Ghazali yang sering dikutip Kiai Sahal. (bersambung)