Kiai Sahal Mahfudh, Tiga Fakta Akademik Renungan Gus Baha
KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha') dalam mauidhoh hasanah di acara haul KH. Mahfudh Salam, KH. Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh, dan Ibu Nyai Nafisah Sahal (Sabtu, 7 Oktober 2023) di komplek Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen menyampaikan beberapa 'fakta' luar biasa yang menunjukkan 'hirsh' curiosity, grangsang, yang besar dari Kiai Sahal dalam ilmu.
Pertama, beliau mengarang kitab 'Thariqatul Hushul', hasyiyah kitab Lubbul Ushul karya Syaikh Zakariyya Al-Anshari dengan menjadikan kitab 'Nailul Ma'mul' karya Syaikh Mahfudh At-Tarmasi sebagai rujukan utama. Padahal saat itu, kitab 'Nailul Ma'mul' belum dicetak (ghairu mathbu'), jadi beliau harus mencarinya/ pinjam.
Kitab yang beliau pinjam itu dibaca, dipahami, dan dijadikan referensi dalam mensyarahi kitab Lubbul Ushul. Tentu hal ini membutuhkan totalitas ijtihad karena 'memimjam' pasti dibatasi waktu atau tidak enak jika kelamaan mengembalikannya, meskipun yang punya tidak memberikan deadline waktu.
Bisa kita bayangkan bahwa Kiai Sahal setiap saat pasti membaca, membaca, membaca, menulis, menulis, dan menulis, di sela-sela waktu yang beliau curahkan untuk mengaji kepada Kiai Zubair dan mengajar santri-santri yang ada di kamar (gotaan).
Kedua, sebelum mengaji, Kiai Sahal muthalaah dulu kitab yang akan dikaji. Misalnya ketika Kiai Sahal mengaji kitab Asybah Wan Nadhair karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi kepada Kiai Zubair, maka Kiai Sahal belajar dulu kitab tersebut dengan memberikan tarkib/i'rab bab yang akan dibaca Kiai Zubair. Jika makna dan tarkib/ i'rab plus pemahannya sama dengan Kiai, maka dia sudah 'alim. Jika belum, berarti harus meningkatkan spirit belajarnya.
Ketiga, melengkapi kekurangan yang ada. Menurut Gus Baha', kitab Naulul Ma'mul karya Syaikh Mahfudh at-Tarmasi ini tidak sampai khatam, namun ketika mensyarahi kitab Lubbul Wushul, Kiai Sahal berhasil mengkhatamkannya. Maka, Kiai Sahal mencari kitab lain yang bisa digunakan. Misalnya dalam kitab Thariqatul Wushul ini pada bab tasawwuf, Kiai Sahal mengutip pendapat dari kitab Syarah Risalah al-Qusyairiyah yang merupakan pegangan santri Sarang.
Tiga fakta 'akademik' di atas menjadi 'ibrah hasanah bagi para santri, kiai, dan umat Islam untuk selalu menjaga 'spirit mencari dan mengembangkan ilmu sepanjang hayat masih di kandung badan. Dibutuhkan tekad-totalitas sehingga Allah memberikan kesuksesan dan kecermelangan di dunia sampai akhirat, amiin amiin amiin.
اذ الفتى حسب اعتقاده رفع - وكل من لم يعتقد لم ينتفع
Pemuda diuji tekadnya dalam mengejar cita-cita, Jika tidak punya tekad mewujudkan cita-citanya, maka ia tidak bisa memberikan kontribusi.
Demikian menurut catatan Jamal Ma'mur Asmani, intelektual NU tinggal di Pati, Jawa Tengah. Dipetik dari akun facebook ybs, bertitimangsa Kajen, Sabtu malam Ahad, 7 Oktober 2023.
**) Tulisan aslinya berjudul "Kiai Sahal: Hirshnya Luar Biasa".