Kiai Muda Pesantren: Regenerasi Jadi Urgent, Sambut 100 Tahun NU
Menjelang Muktamar Nahdlatul Ulama (NU), para kiai muda pesantren NU dari berbagai daerah di Pulau Jawa menggelar pertemuan di Pondok Pesantren Al Anwar Maron Loano asuhan KHR Mahfudz Hamid, di Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu 4 Desember 2021.
Pertemuan yang mengusung tema "Muktamar NU dan Kebutuhan Tajdid Jam'iyah Menyambut Satu Abad NU" ini, dihadiri lebih dari 70 kiai muda pesantren dari Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur.
Beberapa kiai muda yang hadir di antaranya KH Adib Sholeh Anwar Mansur (Lirboyo, Kediri), KH Nadhif Abdul Mujib (Tayu, Pati), KH Irwan Masduki (Mlangi, Yogyakarta), KH Nilzam Yahya (Krapyak, Yogyakarta), KH Latif Malik (Tambakberas, Jombang). Kemudian KH Luthfi Thomafi (Lasem, Rembang), KH Aunullah A'la Habib (Doglo, Boyolali), KH Chakimuddin (Tegalrejo, Magelang), dan KH Zar'anuddin (Mlangi, Yogyakarta).
Dalam pertemuan tersebut, KH Irwan Masduki atau Gus Irwan mengungkapkan, saat ini NU menghadapi tantangan solidaritas organisasi. Padahal ini merupakan modal untuk mewujudkan solidaritas global.
Untuk mewujudkannya, perlu gagasan-gagasan besar yang kompleks kemudian diterapkan secara mendasar, strategis, kolektif, dan terstruktur.
"Saya percaya bahwa NU mampu melakukan solidaritas organisasi dan solidaritas global. Maka, penting bagi NU untuk melakukan regenerasi,” ungkap Gus Irwan yang juga menjabat Ketua Aswaja Center Provinsi DIY.
Pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatuttholibin Tayu Pati KH Ahmad Nadhief Abdul Mujib atau Gus Nadhif, menyampaikan, NU perlu melakukan pembaharuan memasuki 100 tahun. Semisal dari sisi kepengurusan dan pengelolaan organisasi.
Dari sisi kepengurusan, harus ada jaminan berlangsungnya regenerasi secara alamiah pada setiap jenjang.
Terkait pengelolaan organisasi, pola kerja di jajaran tanfidziyah atau eksekutif PBNU seperti sebuah pemerintahan, sehingga seluruh program dan agenda kerja diputuskan bersama.
Selain itu terkait dengan akan dilaksanakan Muktamar NU Gus Nadhief mengajak untuk senantiasa taat kepada dawuh (arahan) dan kebijakan pemimpin tertinggi di NU. “NU harus taat kepada pimpinan tertingginya dalam hal ini, Rois Aam. Maka penting dalam agenda Muktamar ini patuh pada dawuh dan kebijakan Rois Aam,” tegasnya.
Sementara KH Aunullah A'la Habib atau Gus Aun dari Doglo Boyolali, menegaskan, kita mempunyai banyak kiai-kiai yang memiliki kapasitas. Tetapi untuk menahkodai NU yang penuh dengan tantangan, baik dalam skala nasional maupun internasional.
"Kita butuh pemimpin yang muda, berwawasan luas, enerjik, visioner, memahami pentingnya kaderisasi dan mampu mengorganisir. Seperti sosok Kiai Yahya Cholil Staquf, misalnya," tegasnya.
KH Luthfi Thomafi dari Lasem, Rembang, menambahkan, acara ini dilaksanakan dalam rangka menyambut Muktamar Ke-34 NU di Lampung sebagai bentuk kegembiraan para kiai muda pesantren.
Selain itu, para kiai muda berharap Muktamar NU sebagai ajang membicarakan ide, program dan gagasan-gagasan besar bukan arena untuk saling menyerang dan menghina. Mengingat NU adalah jam'iyah terbesar di Indonesia. Tentu NU memiliki tugas yang komplek dalam segala aspek.