Kiai Miftachul Akhyar: Hidup di Zaman Fitnah, Jangan Kagetan
Jauh-jauh hari sebelum menjadi Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar sudah memperingatkan kita tentang Fitnah Akhir Zaman dan rumus menghadapinya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Kedungtarukan, Surabaya, ini menceritakan kisah waktu beliau ngaji kepada Hadlratusy Syaikh Masduqi Allasimy Qaddasallah Sirrah wa Nawwara Dlariihah :
"Brakk!!
Tiba-tiba Hadlratusy Syaikh menggebrak meja!! Saya yang duduk paling depan dan santri yang mengaji kaget gelagapan.
Lalu beliau dawuh:
" Ojo Kagetan, Ojo Gumunan"
(Jangan mudah Kaget, jangan mudah Kagum..)
Orang kagetan itu imannya lemah, pasti mudah dipengaruhi, bahkan untuk masalahnya sendiri nggak bisa cari solusi, tapi grudak gruduk bergantung orang lain.
Mengapa wong Islam yang 90 persen bisa dipengaruhi, dikuasai oleh berapa gelintir orang lain.
Apa yang dikhawatirkan Rasulullah SAW;
Yakni umat yang mengekor apa yang sedang tren saja.
Dawuh Hadlratusy Syaikh :
Anuto hukum ojo anut usum,
ﻻ ﺗﻜﻮﻧﻮﺍ ﺇﻣﻌﺔ ؛ ﺗﻘﻮﻟﻮﻥ : ﺇﻥ ﺃﺣﺴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﺣﺴﻨﺎ ، ﻭ ﺇﻥ ﺍﺳﺎﺅﺍ ﺍﺳﺄﻧﺎ ، ﻭﻟﻜﻦ ﻭﻃﻨﻮﺍ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ : ﺇﻥ ﺃﺣﺴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻥ ﺗﺤﺴﻨﻮﺍ ، ﻭﺇﻥ ﺃﺳﺎﺀﻭﺍ ﻓﻼ ﺗﻈﻠﻤﻮﺍ
"Jangan menjadi Imma'ah.
Yaitu mereka yang berkata: "Kami ikutan apa kata orang, kalau mereka berbuat baik, kamipun berbuat baik, kalau mereka berbuat jahat kamipun berbuat jahat".
Tapi disiplinkan diri kalian, bila orang berbuat baik, berlombalah dalam kebaikan.
Tetap Berbuat Baik
Bila orang berbuat jahat, tetaplah berbuat baik.
ﻛﻴﻒ ﺃﻧﺘﻢ ﺇﺫﺍ ﻟﺒﺴﺘﻜﻢ ﻓﺘﻨﺔ ﻳﻬﺮﻡ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ ﻭ ﻳﺮﺑﻮ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮ ﻭ ﻳﺘﺨﺬﻫﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺳﻨﺔ ﻓﺈﺫﺍ ﻏﻴﺮﺕ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻏﻴﺮﺕ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻗﻴﻞ : ﻣﺘﻰ ﺫﻟﻚ ﻳﺎ ﺃﺑﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ؟ ﻗﺎﻝ : ﺇﺫﺍ ﻛﺜﺮﺕ ﻗﺮﺍﺅﻛﻢ ﻭ ﻗﻠﺖ ﻓﻘﻬﺎﺅﻛﻢ ﻭ ﻛﺜﺮﺕ ﺃﻣﻮﺍﻟﻜﻢ ﻭ ﻗﻠﺖ ﺃﻣﻨﺎﺅﻛﻢ ﻭ ﺍﻟﺘﻤﺴﺖ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﺑﻌﻤﻞ ﺍﻵﺧﺮﺓ .
Bagaimana sikap kalian (di Zaman) ketika fitnah sudah melekat erat seperti pakaian?
Manakala anak kecil, berlagak seperti orang besar (ulama), dan orangtua pikun sebelum waktunya.
Lalu orang-orang menganggap fitnah sebagai sunnah.
Sehingga apabila ada orang yang mengubah fitnah itu dikatakan ; "Sunnah telah diubah.."
Kapan itu wahai Abu Abdurrahman (Sahabat Ibnu Mas'ud RA) ?
"Yaitu ketika orang yang hafal Al-Quran semakin banyak, tapi Ahli Fiqh semakin langka. Ketika orang kaya semakin banyak tapi orang yang dipercaya semakin langka.
Dan kalian mencari dunia dengan amal agama".
Ketika ulama wafat, itulah maka Ahli Fiqh agama semakin sedikit.
Hadlratusy Syaiikh Allasimy sepulang belajar dan mengajar dari Makkah,
semua kitab beliau dirampas Belanda,
agar tidak menghasut santri melawan Belanda.
Tetapi rupanya beliau sudah hafal semua kitab yang dibawa (menurut satu riwayat, Beliau juga hafal 16 Kitab Tafsir), sehingga Beliau tetap ngrumati santri, mewakafkan diri dan ilmunya untuk Hayyatid dunya wal akhirah.
Beliau pun dijuluki ahli reparasi kitab, bahkan beliau bisa menandai gaya bahasa masing-masing Mushanif Kitab.
Seperti gaya bahasa imam Jalaluddin as Suyuthi saat mencoba menyamakan gaya bahasa Imam Jalaluddin al-Mahally dalam kitab Tafsir Jalalain.
Demikian Abuya KH. Miftachul Akhyar, yang mengampu Kitab Syarah Hikam, susunan Syaikh Ibn Atha'illah As-Sakandari, Kitab Induk Ilmu Tasawuf yang dipelajari para santri di pesantren di Nusantara.
Kiai Miftachul Akhyar mengasuh setiap pekan, seusai Shalat Jumat di Ponpes Miftachussunnah, Kedung Tarukan, Surabaya.
Semoga bermanfaat.