Kiai Marzuqi Mustamar dan Gus Kikin Berpeluang Pimpin NU Jatim
“Maka, jalan tengahnya diputuskan sebanyak 17 PCNU yang mengusulkan nama calon dalam penjaringan nama-nama,’’ kata Gus Fahrur.
Dinamika yang berkembang dalam Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jatim, kandidat ketua tanfidziyah tinggal mengerucut ke dua nama: KH Marzuqi Mustamar (Wakil Rais Syuriyah PWNU Jatim yang juga mantan ketua PCNU Kota Malang) dan KH Abdul Hakim Mahfudz (Wakil Pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang).
Kedua nama tersebut, terlebih dulu harus diusulkan sebanyak minimal 17 PCNU, sesuai dengan tata tertib yang dibahas siang tadi. Di arena Pleno Konferwil NU Jatim di Ponpes Lirboyo, Minggu 29 Juli, sidang dipimpin KH Fahrur Rozi bersama H Misbahul Munir.
Sempat terjadi ketegangan karena usulan soal banyaknya jumlah nama yang diusulkan. Forum ada yang menghendaki 15 PCNU yang mengusulkan nama calon. Ada juga yang menyebut minimal calon diusulkan 20 PCNU.
“Maka, jalan tengahnya diputuskan sebanyak 17 PCNU yang mengusulkan nama calon dalam penjaringan nama-nama,’’ kata Gus Fahrur.
“Setelah 10 tahun saya berkhidmat menjadi khodim jamiyah NU, yang memang bukan waktu panjang bagi perjalan NU ila yaumil qiyamah. Tapi bagi diri saya, 10 tahun ini waktu yang panjang, waktu yang tidak sedikit,” kata KH Mutawakkil Alallah.
Sesuai tata tertib, nanti malam dilakukan pemilihan Rais Syuriah yang dilakukan secara tertutup oleh para kiai sepuh dalam sidang Ahlul Halli wal-Aqdi. Mereka adalah KH. Nawawi Abdul Jalil, KH Nurul Huda Jazuli, KH Kholil As'ad, KH Ubaidillah Faqih, KH Abdullah Kafabihi Mahrus, KH Agoes Ali Masyhuri dan KH Syafiuddin Wahid.
Setelah penjaringan nama untuk duduk sebagai ketua tanfidziyah PWNU Jatim, Rais Syuriah terpilih memberikan resti. “Baru kemudian dilakukan pemilihan Ketua PWNU Jatim,” kata Misbahul Munir, pimpinan sidang.
Sementara itu, KH Hasan Mutawakkil Alallah memutuskan tidak maju lagi pada pemilihan ketua PWNU Jawa Timur. Hal itu disampaikannya saat memberi sambutan pada pembukaan Konferwil PWNU Jatim di Ponpes Lorboyo, Kediri, Sabtu 28 Juli, malam.
“Setelah 10 tahun saya berkhidmat menjadi khodim jamiyah NU, yang memang bukan waktu panjang bagi perjalan NU ila yaumil qiyamah. Tapi bagi diri saya, 10 tahun ini waktu yang panjang, waktu yang tidak sedikit,” katanya.
Menurutnya, dirinya mengukur kemampunnya sekarang. (adi)
Advertisement