Kiai Hasyim Asy'ari, Oase Ide Perjuangan yang Tak Pernah Kering
Seperti oase pemikiran yang tak pernah kering, demikian eksistensi Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari tetap berjejak hingga kini. Bagaimana pembahasannya?
Berikut di antaranya pandangan yang mengungkapkan pemikiran Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, yang Muassis Nahdlatul Ulama (NU) ini.
Ketua PW Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur Prof M Mas'ud Said MM PhD menilai Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari itu merupakan sosok yang lengkap, bukan hanya "bintang" tapi juga sosok yang mau/suka "ronda" (bersama masyarakat).
"Hadratussyaikh itu bukan hanya bintang atau mercusuar, tapi beliau juga suka ronda, gerilyawan, beliau mekar bersama masyarakat," katanya dalam bedah buku 'KHM Hasyim As'ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia' di Surabaya, Selasa (16 Juli 2024).
Acara yang diadakan PC Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (Ikapete) Kota Surabaya itu juga dihadiri pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), Wagub Jatim 2019-2024 Emil Dardak, Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim Prof Bianto, Ketua Presnas Ikapete Pusat Prof DR H Masykuri MSi, dan pengurus Ikapete se-Jatim.
Dalam acara bedah buku dan peluncuran yang dipandu Ismail Nachu (Ketua ICMI Pusat) itu, Prof Mas'ud Said yang juga Direktur Pascasarjana Unisma itu menjelaskan sosok besar yang juga membesarkan masyarakat itu membuatnya berpengaruh besar di Nusantara, bukan hanya Indonesia.
Inspirasi Santri Dirikan Pesantren
"Hadratusyaikh itu pernah di pondok-pondok besar seperti Bangkalan, Kediri (Lirboyo/Ploso), Sidoarjo (Siwalanpanji), dan sebagainya. Beliau juga mengajar dan mengarang 21-23 kitab. Beliau juga mendatangi petani pada setiap hari Selasa, dan juga pejuang," katanya.
Oleh karena itu, Ikapete kedepan memiliki tugas untuk mengembangkan ideologi Aswaja, penguatan organisasi NU secara strukturl dan kultural, baik di dalam maupun luar negeri, penguatan kolaborasi dan teknologi IT di pesantren dan NU.
"Aswaja dan NU itu warisan Hadratussyaikh yang harus dijaga, bagi Ikapete ya wajib," katanya.
Dalam bedah buku itu, Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim Prof Bianto mengapresiasi buku "KHM Hasyim As'ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia" yang dinilai sangat akademis dan jauh dari aspek mistis atau klenik.
"Sosok KHM Hasyim Asy'ari ditulis sangat manusiawi," katanya.
Bagi Muhammadiyah sendiri, KHM Hasyim Asy'ari, NU, dan Tebuireng memiliki banyak "perjumpaan" (titik temu) dengan Muhammadiyah, karena "guru" KHM Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) di Mekkah juga sama (Syaikh Khatib Al-Minangkabawi).
"Bahkan, H Hasan Gipo (ketua umum pertama PBNU) dan KH Mas Mansur (pendiri Muhammadiyah Jatim) juga masih saudara/sepupu.
"Pimpinan Muhammadiyah Jatim juga banyak yang alumni Pesantren Tebuireng, seperti mantan Ketua PWM Jatim Ustadz Abdurrahim Noer dan beberapa pimpinan daerah," katanya.
Figur Besar dalam Sejarah
Sementara itu, Wagub Jatim 2019-2024 Emil Dardak menegaskan bahwa KHM Hasyim Asy'ari tidak perlu dibesarkan, karena sosoknya sudah "besar" di masyarakat, justru Ikapete yang perlu membesarkan pemikiran yang diwariskan.
"Hadratussyaikh mementingkan keilmuan organik, bukan intelek menara gading. Warisan lain Hadratussyaikh yang penting adalah persatuan, khususnya sesama Islam, jangan sampai kita berkelahi sesama Islam hanya karena perbedaan yang tidak utama," katanya.
Terkait peran pemersatu itu, Ketua Presnas Ikapete Pusat Prof Masykuri menegaskan bahwa Hadratussyaikh juga mementingkan "kesatuan madzhab".
"Ketika Kerajaan Saudi hanya mengutamakan Wahabi, Hadratussyaikh mengirim Komite Hijaz agar Saudi menerima banyak madzhab. Jadi, Hadrassyaikh itu pemersatu dunia, bukan hanya nasional," katanya.
Advertisement