Kiai Bisri Mustofa Mengalihkan Pahala, Demi Cinta pada Santri
Kiai Bisri Mustofa (almaghfurlah), Pendiri Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang. Dikenal sebagai singa podium dalam berdakwah, juga di panggung politik pada masanya.
Ayahanda KH Ahmad Mustofa Bisri dan KH Cholil Bisri (almaghfurlah) ini, juga dikenal sebagai penulis kitab-kitab keagamaan khususnya dikenal di kalangan pesantren. Tafsir berbahasa Jawa, Al-Ibriz, merupakan karya KH Bisri Mustofa yang monumental. Tafsir Al-Quran Al-Ibriz ini, ditulis dengan huruf pegon berbahasa Jawa, hingga kini masih dipelajari.
Di masa hidupnya, Kiai Bisri Mustofa sangat bersemangat berdakwah. Di tengah tekanan politik rezim Orde Baru pada tahun 1970an, tokoh kita ini tak menyurutkan menyampaikan pesan-pesan kebenaran Islam. Ia pun lebih banyak waktunya menghadiri undangan berceramah. Sementara itu, para santrinya di pesantren pun tak surut dalam menimba ilmu kepadanya.
Karena itu, ada hikmah yang disampaikan Kiai Bisri Mustofa kepada generasi pejuang Islam generasi berikutnya. Salah satu nasihat Kiai Bisri Mustofa kepada putranya, KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) yang paling mengena:
"Mendidik anak atau santri itu, haruslah lahir batin. Tidak cukup lahirnya saja dengan kemampuan mendidik. Karena didikanmu hanyalah ikhtiar dan yang sebenarnya menjadikan anak didik menjadi terdidik adalah Allah."
"Abah ini, bila kebetulan diminta mengisi pengajian di suatu tempat dan terpaksa harus meliburkan pengajian di pesantren, Abah tidak pernah lupa sebelum naik mimbar, matur: 'Ya Allah, saya kemari ini diundang kawan-kawan untuk menyampaikan firman-Mu dan sabada Rasul-Mu.
"Namun sementara saya menyampaikan firman-Mu dan sabda Rasul-Mu di sini, santri-santri saya di pesantren yang dititipkan orang tua mereka terpaksa libur tidak saya ajar.
"Maka ya Allah, apabila amal saya di sini Engkau terima dan ada pahalanya, saya mohon pahala itu tidak usah Engkau berikan kepada saya, tetapi Engkau tukar saja dengan futuh-Mu atas santri-santri yang kini libur, bukalah hati mereka bagi ilmu-ilmu-Mu."
Demikian wallalhu a'lam.
Advertisement