Kiai Azaim Ibrahimy, Kisah Migrasi Kupu-kupu dan Makna Kehidupan
Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Asembagus Situbondo tetap menjadi daya pesona bagi para santri. Baik dari Jawa maupun santri yang datang dari luar Jawa dan kawasan lainnya di Nusantara. Tak lepas dari KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, pengasuhnya kini.
Kiai Azaim, panggilan akrabnya, berkisah tentang hikmah berhijrahnya atau bermigrasinya kupu-kupu di musim tertentu dari satu benoa ke benoa yang lain.
Kupu-kupu itu meletakkan telurnya pada dedaunan. Generasi awal mati, menetaslah telur-telur itu menjadi generasi selanjutnya. Lalu bermigrasi kembali.
Dari kehidupan kupu-kupu tersebut, Kiai Azaim menjelaskan, begitu juga kehidupan manusia.
Makna Migrasi (Hijrah)
“Ternyata kehidupan manusia ini juga terjadi hijrah atau migrasi. Tidak terkecuali bangsa Indonesia. Bagaimana ternyata bangsa Indonesia ini bukan benar-benar satunya bangsa yang secara geneologinya itu ras tertentu, tetapi sudah campuran”.
Fakta ini harus diterima dan dijalani sebagai kehidupan manusia yang tidak bisa diingkari. Jangan sampai merasa menjadi bangsa istimewa, bangsa paling berhak atau bangsa mayoritas. Sehingga membuat pernyataan yang menyakiti bangsa lain. Begitulah Kiai Azaim berpesan.
“Maka jangan, bangsa ini saling mencaci maki satu dengan yang lainnya. Ooo kamu Cina, kamu Arab,” tutur Kiai Azaim.
Lebih jelas Kiai Azaim menyampaikan, “Ternyata kita ini sudah bangsa gado-gado. Sudah campur ini, campur itu. Kakek moyang kita, nenek moyang kita menikah bangsa ini dengan satunya. Maka, kadang dilihat dari bentuk wajahnya, gak jelas. Ini rodok Arab tapi kelihatan Jawa. Ya begitulah keunikannya”.
Kiai Azaim lebih memandang kita sebagai bangsa Indonesia, jangan sampai hanya karena suku ini atau suku itu, lalu saling mengolok-olok.
"Sekali lagi, kita berasal dari bangsa yang mungkin ada nasab yang sama dari nenek moyang kita. Kita bersatu atas nama bangsa Indonesia demi kehidupan yang makmur sejatera bersama."
Pesan Kiai Azaim, “Maka kita, ya sudah bangsa Indonesia. Ras Indonesia. Tidak perlu saling caci-maki sesama anak bangsa. Kita sama-sama, bagaiamana kita membangun kehidupan ini lebih baik”.
Demikian tausiyah Kiai Ahmad Azaim Ibrahimy, dalam pengajian kitab Tafsir al-Jalalain, disiarkan langsung di Channel Youtube S3TV pada Sabtu, 18 September 2021 dan dikutip Aswajadewata.