Khofifah Tinjau Pelaksanaan USBN Berbasis Smartphone
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau langsung proses Ujian Sekolah Berstandar Nasional Berbasis Komputer dan Smartphone (USBN-BKS) di sejumlah sekolah di Surabaya.
Di hari pelaksanaannya ini, Senin, 4 Maret 2019, Khofifah mengunjungi SMA Hang Tuah 1 Surabaya, SMAN 5 Surabaya, SMAN 2 Surabaya dan SMAN 1 Surabaya.
Menurut Khofifah, ini adalah kali pertama ujian sekolah siswa SMA/SMK yang menggunakan smartphone sebagai media pengerjaannya.
"Yang baru dari proses update teknologi dari USBN di Jawa Timur adalah penggunaan smartphone. Jadi ada yang berbasis komputer, dan juga ada yang (berbasis) smartphone," kata dia.
Khofifah menegaskan, meski siswa telah menggunakan smartphone, namun hal itu tak membuka celah untuk siswa bisa melakukan kecurangan. Hal tersebut, kata dia sudah terkunci oleh sistem keamanan yang terjamin.
"Kalau sudah dilogin maka mereka bisa akses masing-masing dan tertutup lah akses ke link lainnya. Sehingga kekhawatiran kemungkinan mereka bisa googling untuk jawaban-jawaban tertentu itu nggak memungkinkan, karena sistem itu sudah dilock ketika dia login," kata dia.
Ditambah lagi, Khofifah menyebut, pihak Dinas Pendidikan Jatim telah menyediakan 5 ribu soal. Sehingga meski banyak siswa berada dalam satu kelas, soal yang mereka kerjakan sudah pasti berbeda-beda.
"Saya melihat ada improvement dalam USBN, ujian sekolah berstandar nasional tahun ini saya rasa akan bisa menjaga akuntabilitas dari pelaksanaan USBN, karena soal yang disiapkan oleh Kadisdik Pemprov itu ada lima ribu lebih," katanya.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Saiful Rachman mengatakan, dari 175 ribu peserta ujian sekolah, 50 persen di antaranya telah menggunakan smartphone.
"Kalau sekolah yang satu sesi banyak yang menggunakan smartphone untuk antisipasi. Di seluruh Jatim, kurang lebih sekitar 50 persen (pakai smartphone)," katanya.
Ia mengaku bakal mengkaji ulang penggunaan smartphone untuk pengerjaan soal UNBK ini. Pasalnya berdasarkan temuannya, sejumlah siswa diperkirakan mengalami kesulitan.
"Kita upayakan menggunakan laptop, karena ibu (gubenur) tadi melihat anak-anak (yang menggunakan smartphone) jangkauan melihatnya kurang luas. Kalau pakai laptop lebih luas," kata Saiful. (frd)