Khofifah Ingin Ada Strong Partnership antara Pemprov dan Wartawan
Gubernur Jawa Timur inginkan kerjasama yang lebih kuat (Strong Partnership) antara pemerintah provinsi dengan wartawan dan media. Dia berharap media ikut ambil bagian dalam memberi solusi dalam berbagai persoalan di provinsi ini.
Ia mengemukakan hal itu saat menghadiri Syukuran Wartawan Penerima Beasiswa di Balai Pers Surabaya. Acara itu untuk mensyukuri 8 wartawan penerima beasiswa S2 yang telah berhasil menyelesaikan studinya.
Ke delapan wartawan yang sukses menyelesaikan studi S2 di Universitas Airlangga itu antara lain Ketua PWI Jatim Ainur Rahim (Berita Jatim), Arif Setiawan, Sholahuddin (Jawa Pos), dan Mahmud Suhermono (JTV). Selain ada yang mendapat beasiswa juga ada yang studi mandiri.
Khofifah hadir didampingi Sekdaprof Heru Cahyono dan sejumlah para kepala dinas. Juga hadir para mantan wartawan yang kini menjadi politisi seperti Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwiyono, Imam Syafi'i, dan Mahmud. Kedua nama terakhir adalah anggota DPRP Surabaya.
Di depan para wartawan dan undangan yang memenuhi gedung PWI Jatim itu, Khofifah menjelaskan sejumlah program prioritasnya dalam memimpin Jatim. Diantaranya tentang upayanya mewujudkan pembangunan berkelanjutan dalam mengurangi ketimpangan desa-kota dan wilayah utara-selatan Jawa Timur.
"Jatim ini tinggi dalam pertumbuhan ekonomi. Tapi kita juga tinggi dalam hal kemiskinan, HIV/AIDS, penyalahgunaan narkoba, dan ketimpangan. Jadi masih ada pekerjaan rumah di balik sukses pertumbuhan ekonomi Jatim," katanya.
Menurutnya, media dan wartawan bisa ambil bagian dalam ruang ini. Bagaimana bersama pemerintah ikut mengurai masalah-masalah yang ada untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Dia juga menyampaikan bahwa Jatim dan Jawa Tengah ke depan akan menjadi sentral pertumbuhan ekonomi di periode kedua pemerintahan Jokowi. Karena itu, sekarang secara terus menerus dibuat perencanaan yang detil dan serius.
Dia menceritakan bahwa Presiden Jokowi di periode kedua pemerintahannya ingin menjadikan Jatim dan Jateng menjadi protofolio penyangga pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan demikian, sejumlah sumberdaya akan diarahkan ke dua provinsi ini. Khususnya dalam hal pengembanban investasi dan manufakturing. Untuk mendukung hal ino, maka infrastruktur pendukungnya akan mendapat prioritas.