Khofifah Dorong Kepala Daerah se-Jatim Jaga Stabilitas Harga Jelang Lebaran
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur melakukan High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam rangka pengendalian inflasi menjelang Raya Idul Fitri 1446 H di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin 17 Maret 2025.
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, high level meeting ini rutin dilakukan dalam rangka evaluasi dan memantau kondisi pasar terutama jelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Lebaran 2025.
“Terutama pada saat jelang-jelang di mana masyarakat barangkali belanjanya cukup besar karena kebutuhan-kebutuhan lebaran misalnya kita bisa memanage pengendalian inflasi dari kabupaten/kota,” kata Khofifah.
Ia menyebut, dalam pengendalian inflasi ada empat hal yang harus diperhatikan. Antara lain memastikan ketersediaan barang, keterjangkauan masyarakat, kelancaran distribusi dan komunikasi.
Mantan Mensos itu mencontohkan, di beberapa pasar di Surabaya terdapat perbedaan harga bahan pokok. “Bedanya kadang cukup signifikan. Betapa pentingnya komunikasi antar pelaku usaha terutama di sentra penjualan (pasar-pasar) itu harus dilakukan seintensif mungkin,” tuturnya.
Selain itu, Khofifah menyebut bahwa, saat ini seluruh provinsi di Jawa saat ini tengah mengalami deflasi. Khusus Jatim deflasi di angka 0,03 persen.
Perempuan yang juga Ketua Dewan Pembina Muslimat NU itu menjelaskan, deflasi yang terjadi disebabkan subsidi listrik yang berperan signifikan. “Kalau misal tidak ada deflasi kira-kira inflasi kita 1,88 persen masih pada range target inflasi Jatim antara 2,5 hingga 1 persen,” jelasnya.
Kendati demikian, ia meminta seluruh kepala daerah terus membangun kehati-hatian dalam monitoring terkait keterjangkauan masyarakat, ketersediaan barang, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.
Sementara itu, Kepalan Kanwil BI Jatim Erwin Hutapea secara rinci menjelaskan, dari pola historis inflasi periode Ramadan dalam tujuh tahun terakhir (2017-2024) tekanan inflasi jelang Idul Fitri selalu meningkat terutama komoditas pangan berupa daging ayam, telur ayam ras, ayam hidup, minyak goreng, cabai merah, dan bawang merah. Sedangkan untuk komoditas non pangan berupa emas perhiasan dan angkutan udara.
Di tahun 2025 ini, pihaknya masih memprediksi pola yang sama akan terjadi. “Sehingga kami memperkirakan Maret atau penghujung triwulan pertama inflasi kita akan naik, tapi kita cukup yakin bahwa inflasi yang terjadi masih dalam rentang sasaran kita,” tutur Erwin.
Adapun yang menyebabkan inflasi masih pada komoditas bahan pangan dan emas perhiasan. Sementara tarif angkutan udara tidak menjadi penyumbang inflasi karena ada diskon tarif udara yang diberlakukan pemerintah pusat.
Ia mengatakan, sektor pangan perlu mendapat perhatian khusu karena dampak iklim yang menyebabkan gagal panen, kemudian peningkatan harga global, termasuk peningkatan permintaan tinggi akan mempengaruhi.
“Sehingga, langkah intervensi sudah dilakukan perlu terus kita lakukan bagi komoditas yang memberi tekanan inflasi signifikan,” pungkasnya.