Khidmat Bermuhammadiyah, Begini Pesan Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Haedar mengatakan, warga Muhammadiyah harus tetap ikhlas dan khidmat dalam ber-Muhammadiyah. Yakni, tetap menjalankan fungsi Muhammadiyah dengan ibadah dan menjalankan kekhalifahan, berpaham agama dalam Muhammadiyah sesuai tarjih.
Selain itu, juga tetap menghormati paham lain, memegang teguh ideologi Muhammadiyah, dakwah dan jihad fisabilillah, memakai sistem organisasi dan taat azas, bertekad memajukan ummat dan bangsa melalui Muhammadiyah, dan mengerahkan gerakan Muhammadiyah sebagai Islam rahmatan lil ‘alamiin.
“Semua orang diajarkan oleh Allah untuk ta’awun, saling membantu, saling tolong-menolong, dan bekerja sama. Kalau semua itu merupakan ajaran maka kita yakin ketika mengamalkan ajaran ini, kita telah melaksanakan perintah Allah, mengikuti jejak rasulullah dan nilainya tentu menjadi ibadah.”, kata Haedar.
“Semua orang diajarkan oleh Allah untuk ta’awun, saling membantu, saling tolong-menolong, dan bekerja sama. Kalau semua itu merupakan ajaran maka kita yakin ketika mengamalkan ajaran ini, kita telah melaksanakan perintah Allah, mengikuti jejak rasulullah dan nilainya tentu menjadi ibadah.”, kata Haedar.
Ta’awun untuk Negeri menjadi tema tausiyah Haedar Nashir pada peringatan Milad ke-106 Muhammadiyah di kota Banjarbaru, Sabtu 5 Januari 2018. Bertempat di halaman Masjid Hajjah Nuriyah kota Banjarbaru Haedar memaparkan singkat tentang sejarah lahirnya Muhammadiyah dan perkembangannya hingga saat ini.
Tak hanya itu, dia juga menyampaikan pandangan Muhammadiyah tentang pesta demokrasi dan hak pilih masyarakat yang di mana harus digunakan secara cerdas dan dewasa.
Tidak hanya itu, Haedar Nashir menyampaikan kutipan ayat pada QS. Al-Maidah: 2 beserta asbabun nuzulnya. Ia mengutip beberapa hadist nabi Muhammad mengenai kemuliaan terbesar.
“Rasul pernah bersabda yang menganjurkan kita untuk melakukan Rif’ah. Rif’ah adalah bagian dari ajaran agama Islam,” ujarnya.
Kemudian Haedar menjelaskan tentang hadits tersebut, “Ibtaghi Rif’ah kata Nabi. ‘Kamu raih kebaikan yang tertinggi,’ lalu nabi ditanya ‘apa yang dimaksud dengan Rif’ah ya Rasulullah?’ nabi menjawab, ‘tashilu man khotoa, engkau pertautkan saudaramu pada orang yang memutuskan persaudaraan,” kata Haedar.
Haedar mengingatkan, mendatangi orang yang sering bersilaturrahmi adalah suatu hal yang lumrah/biasa. Namun, jika kita mendatangi seseorang atau bersilaturrahmi dengan orang yang memusuhi kita. Maka itulah yang disebut dengan Rif’ah (kebaikan yang tertinggi). (adi)
Advertisement