Khawatir Ikon Probolinggo Hilang, Budi Daya 100 Varietas Anggur
Populasi anggur dalam bentuk perkebunan (besar) sudah habis pasca H Prayit yang pernah mengembangkan kebun anggur di Wonoasih, Kota Probolinggo pada era 1995-an. Ikon Probolinggo selain mangga dan anggur itu hanya ditanam skala kecil, satu dua batang di beberapa rumah warga Probolinggo.
Prihatin dengan semakin langkanya tanaman anggur, Muhammad Joko Hasbullah, 42 tahun, warga Desa Tegalsiwalan, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo bergerak. Kini, ia berhasil mengembangkan kebun anggur untuk sarana edukasi.
Di kebun yang terletak di dekat rumahnya terdapat sekitar 100 varietas anggur yang hampir setiap waktu berbuah. Di halaman depan rumahnya, Joko berhasil membudidayakan 100 varietas anggur. Awal mula ia tertarik membudidayakan anggur ini bermula pada 2017 silam.
Saat itu, ia yang awalnya menanam stroberi mendapat puluhan bibit anggur. Karena Probolinggo dikenal sebagai Kota Bayuangga (Bayu = Angin alias Angin Gending, Ang = Anggur, Ga = Mangga) ia mulai mencoba membudidayakan tanaman ikonik itu.
Tetapi kali pertama menanam anggur, Joko mengaku, mendapat bibit dengan varietas yang sulit berbuah.
"Awalnya, anggur yang saya tanam sulit berbuah. Namun saya tak menyerah dan terus belajar tentang cara budi daya anggur," tutur Joko ditemui di rumahnya, Minggu, 22 Desember 2024.
Joko lalu mencoba membudidayakan anggur varietas lain, yang hasilnya ternyata tak sia-sia. Ketua Umum Pembudidaya Anggur Probolinggo (Proling) itu itu kemudian memanfaatkan lahan di repan rumahnya sebagai kebun.
Ia pun menanam beragam varietas anggur, baik anggur lokal main mancanegara. "Hingga saat ini, sudah terdapat 100 jenis anggur yang berhasil saya budidayakan," tuturnya.
Di antaranya jenis anggur yang ia koleksi, Jupiter, Viktor, Goswi, Lohano, Beauty Bulog, Thompson Seedless, Flame Seedless, Red Globe, Muscat, dan Isabella.
Dikatakan, jenis anggur tersebut merupakan jenis anggur yang sudah melalui proses seleksi, dan perawatannya mudah. Dari budidaya menjanjikan itu, ia akhirnya membuka sarana edukasi dan mini agrowisata.
Masyarakat bisa datang dan memetik anggur di kebun dengan dipatok harga Rp100 ribu per kilogram buah anggur.
Joko mengaku bersyukur karena hobi digeluti mulai menghasilkan dan menjadi sarana wisata dan edukasi. Selain warga yang datang, juga ada mahasiswa fakultas pertanian yang juga datang belajar budidaya anggur.
Bahkan kebun Joko pernah "dijarah" bocah-bocah setempat yang ingin mencicipi anggur secara gratis. Joko mengaku tidak marah terhadap mereka yang masuk kebun anggur dengan bebas karena tidak pernah dikunci.
"Saya senang, berarti anggur saya menarik perhatian bagi anak-anak. Mereka akhirnya saya edukasi soal anggur," ujar Joko.
Tak hanya menjual buah anggur, Joko juga juga menjual bibit anggur. Harganya, Rp75 ribu per batang yang siap tanam.
Joko tertantang untuk membuahkan anggur dengan tidak bergantung musim. Sehingga kapan pun buah anggur bisa dipanen.
"Menjawab tantangan itu, tanaman anggur saya atur waktu tanamnya. Sehingga, ada beberapa jenis anggur yang berbuah dengan tidak melihat musim," terang Joko.
Istri Joko, Ika Novianti banyak membantu suaminya mengembangkan anggur. Bahkan ia sekarang berhasil menghasilkan makanan olahan dari bahan anggur seperti, keripik daun anggur dan selai buah anggur.
"Khusus keripik daun anggur, kayaknya baru pertama ada di Probolinggo," ujar Ika.
Advertisement