Khawatir Covid, Pedagang Jombang Tetap Jualan di Pasar Cukir
Sejumlah pedagang takjil memadati kawasan depan Pasar Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Dari pantauan Ngopibareng.id terlihat sekitar 30 pedagang berjajar dari depan pasar Cukir hingga pabrik gula. Sebagian terlihat menggunakan masker dan menjaga jarak antara satu stan dengan yang lain, sebagian lagi tidak. Pedagang was-was dengan covid namun tetap berjualan karena butuh pendapatan.
Terdapat beberapa makanan dan minuman yang dijual. Mulai dari makanan berat hingga makanan ringan. Antara lain es degan, es dawet, pentol, botokan, ayam panggang, kerupuk, nasi penyetan, bakso dan nasi goreng. Selain itu, pernak-pernik Ramadhan pun ada. Seperti penjual buah kurma, madu dan petasan.
Salah satu pedagang es, mengaku berjualan sejak pukul 14.00 hingga 17.30. Dia memilih berjualan di kawasan ini lantaran tempat berjualannya sehari-hari.
“Saya berangkat dari rumah pukul 13.00, dan saya berjualan es karena memang sehari-harinya di sini tempatnya” kata Qomarudin Fauzi pada 3 Mei 2020.
Laki-laki yang akrab disapa Qomar mengaku dirinya sudah berjualan sejak 20 April 2020. Terlebih, selama berdagang belum pernah ada pembubaran dari pihak berwenang.
Qomar menjelaskan lebih lanjut, dia terpaksa berjualan lantaran hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah untuknya. Kendati demikian, pendapatannya tahun ini menurun 50 persen jika dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
“Ya mau gimana lagi, kalau nggak gini nggak ada pemasukan. Walau pendapatannya menurun separuh dari biasanya. Bantuan dari pemerintah pun nggak ada” tambahnya.
Sementara itu, senada dengan Qomar, Adi Susilo pedagang es yang lain pun mengaku hal yang sama. Pria asli Jombang itu harus berjualan, sebab hanya dari situlah dirinya mendapatkan uang. Meski mengaku takut, namun tidak ada pilihan lain.
Pria bertubuh jangkung itu berjualan sejak pukul 14.00 hingga 22.00. Beruntung, selama ini belum ada obrakan secara paksa. Lebih lanjut, dia pun berharap ke depannyatidak akan ada pembubaran.
“Walaupun kami takut tertular namun ini penghasilan utama kami. Selama ini masih aman dan belum ada pembubaran, semoga saja tidak ada” harapnya.
Di sisi lain, tidak ada imbauan atau larangan dari desa pun pihak yang berwenang terkait izin berjualan. Namun, jika suatu saat ada penggusuran dan pelarangan berjualan dirinya siap untuk melakukan protes.
Lebih lanjut, hingga saat ini belum ada bantuan dari pemerintah yang dia terima, baik berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) pun keringanan biaya listrik.
“Kalau digusur saya protes karena saya tidak menyalahi aturan. saya juga belum menerima bantuan baik berupa uang pun keringanan biaya listrik” tutupnya.
Advertisement