Khatib Pegang Tongkat, Soal Khutbah Idul Fitri di Rumah
Anjuran melaksanakan shalat Idul Fitri di rumah saja, telah berlalu. Meski sebagian kecil juga ada yang menyelenggarakan Shalat Id di masjid dan mushala, tapi sebagaian besar juga melaksanakan shalat berjamaah di rumah.
Namun begitu, masih ada tersisa masalah. Yakni, soal memegang tongkat saat berkhutbah dalam Shalat Idul Fitri di masa Pandemi Covid-19 kali ini.
Sejumlah media sosial menayangkan model berkhutbah yang lazim dilakukan di kalangan masyarakat secara umum di masjid-masjid di Indonesia. Yakni, dalam khotbah, baik Shalat Jumat maupun Shalat Id, dengan memegang tongkat.
Menanggapi hal itu, Ustadz Ma'ruf Khozin memberi penjelasan sebagai berikut:
Memegang tongkat saat khutbah hari raya adalah dianjurkan dalam Madzhab Syafi'iyah, berdasarkan riwayat:
ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﻌِﻴﺪَﻳْﻦِ ﻣَﺎﺷِﻴًﺎ ﻭَﻳَﺮْﺟِﻊُ ﻣَﺎﺷِﻴًﺎ، ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻳُﻜَﺒِّﺮُ ﺑَﻴْﻦَ ﺃﺿﻌﺎﻑ اﻟْﺨُﻄْﺒَﺔِ ﻭَﻳُﻜْﺜِﺮُ اﻟﺘَّﻜْﺒِﻴﺮَ ﻓِﻲ اﻟْﺨُﻄْﺒَﺔِ ﻭَﻳَﺨْﻄُﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺼًﺎ
Nabi shalallahu alaihi wasallam keluar menuju tempat shalat Id berjalan kaki. Pulang juga berjalan. Nabi memperbanyak takbir di sela-sela Khutbah. Dan Nabi juga memperbanyak Takbir dalam Khutbah. Ketika Khutbah Nabi memegang tongkat (HR Al-Hakim, Thabrani dan Baihaqi)
Di Bab Jum'at atau hari raya Imam Syafi'i menganjurkan pakai tongkat. Bagaimana bila tidak ada tongkat?
(ﻗَﺎﻝَ اﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲُّ) : ﻭَﺃُﺣِﺐُّ ﻟِﻜُﻞِّ ﻣَﻦْ ﺧَﻄَﺐَ ﺃَﻱَّ ﺧُﻄْﺒَﺔٍ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺃَﻥْ ﻳَﻌْﺘَﻤِﺪَ ﻋَﻠَﻰ ﺷَﻲْءٍ
"Asy-Syaafi'i berkata: Aku senang bagi setiap Khatib, Khutbah apapun, untuk memegang sesuatu" (Al-Umm 1/272)
"Sesuatu" boleh tombak, boleh pancing, boleh senapan tembak (gun), boleh kayu, stick billiar pun boleh.
"Shalat Id di rumah dan khutbah Saudara Muslim di Negeri Jiran tetap memegang tongkat, yang penting benda panjang, apapun itu," tutur Ustadz Ma'ruf Khozin.
Advertisement