KH Marzuki Mustamar: Cinta Tanah Air Syarat Menjadi NU
Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar, mengatakan, ada sejumlah persyaratan menjadi pengikut NU dan menjadi Islam yang baik di Indonesia. Di antaranya, adalah Cinta Tanah Air. Dengan begitu, NU selalu menautkan antara Keislaman dan Keindonesiaan.
"Sebelum menjadi NU harus menjadi Ahlissunnah (Asyari-Maturidi, 4 madzhab Fikih dan 2 Madzhab Tasawuf) lebih dulu, serta Hubbul Wathan (Cinta Tanah Air). Baru setelah itu sah menjadi NU," tuturnya.
KH Marzuki Mustamar, mengungkapkan hal itu pada Pembukaan Madrasah Kader XXIX Nahdlatul Ulama Jawa Timur, di Asrama Haji Surabaya, Jumat 14 Februari 2020.
Kegiatan ini diikuti lembaga-lembaga, badan otonom, di lingkungan PCNU se-Jawa Timur, berlangsung hingga 16 Februari 2020.
Dalam pandangan Kiai Marzuki, Nahdlatul Ulama telah teruji menjalankan ajaran agama Islam secara konsisten. Tidak semata dari ajaran dalam keseharian, juga dituangkan dalam aturan organisasi. Bahkan, hal tersebut terus dilanjutkan hingga kini, di tengah tuduhan dan anggapan miring dari berbagai pihak.
“Begitu pentingnya menjaga NU, maka hal tersebut menjadi fardlu ain,” kata Kiai Marzuki. Sehingga setiap orang Islam berkewajiban untuk masuk dan menjaga NU.
Diingatkan, Rasulullah SAW menghendaki agar Islam utuh dan asli. “Tidak ada penambahan karena disebut bid’ah, dan tanpa pengurangan karena disebut tidak amanah,” ungkapnya.
Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Kota Malang ini mengungkapkan bahwa NU dengan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja)nya bertekad untuk mendengar dan taat terhadap ajaran agama yang telah ditetapkan.
“Aswaja bertekad sami’na waatha’na terhadap perintah yang ada,” tegasnya.
Berbeda dengan kalangan seperti Mu’tazilah, Khawarij dan lainnya, NU dengan Aswaja memberikan penjagaan terhadap ajaran agama Islam. Tidak seperti kalangan yang lebih mengedepankan akal, dan menafikan ajaran yang dalam pandangan mereka tidak masuk akal.
Dalam pandangan Kiai Marzuki, NU adalah organisasi yang paling amanah. “Jangan ragu terhadap ajaran Aswaja karena menyampaikan ajaran secara utuh dan akurat,” katanya.
Bahkan dalam AD/ART, NU dengan sangat terbuka mencantumkan Aswaja sebagai aturan dalam organisasi. “Hal itu secara resmi tertulis dan diajukan kepada negara,” kata dosen di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini.
NU paling konsisten dalam amaliah dengan kitab yang juga menjadi rujukan. “Sejak Muktamar NU saat dipimpin KH M Hasyim Asy’ari hingga saat ini, yang digunakan pada bahtsul masail adalah kitab yang mu’tabar,” jelasnya.
Advertisement