KH Hasyim Asy'ari: Masuklah NU dengan Cinta, Bahagia & Persatuan
Hadlratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy'ari adalah peletak dasar nilai-nilai ajaran Islam ala Ahlussunnah waljamaah dalam jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU).
Melalui Muqaddimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama, Bapak Umat Islam Indonesia di masa Perjuangan Indonesia, itu menyampaikan pesan-pesan yang menjadi pegangan bagi warga Nahdliyin.
"Masuklah dengan cinta dan kasih sayang, kebahagiaan dan Persatuan, bersilaturahmi dengan jiwa dan raga. Organisasi ini adalah jam'iyah yang adil dan aman, yang akan melakukan perbaikan dan menciptakan kemajuan, dan ia adalah hiasan lidah (manis) bagi orang-orang terpilih dan terasa pahit di lidah orang-orang syirik... ".
Demikian Fatwa KH M Hasyim Asy'ari, seputar Islam dan masyarakat (diterjemahkan DR KH Jamal Ma'mur Asmani, kiai yang kini tinggal di Pati, Jawa Tengah).
Jangan Rusak Ukhuwah Islamiyah
Umat Islam harus selalu menyadari bahwa menjaga persatuan umat dan memelihara ukhuwah islamiyah adalah kewajiban setiap Muslim.
Karena itu lalai atau bahkan merusak jalinan persatuan umat dan ukhuwah islamiyah adalah dosa, sebagaimana meninggalkan bentuk kewajiban-kewajiban yang lain.
Dia Dalil Persatuan Umat
Kewajiban memelihara persatuan umat dan ukhuwah islamiyah ini didasarkan pada sejumlah dalil Al-Quran maupun as-Sunnah.
Pertama: Dalil Al-Quran.
Di antaranya adalah firman Allah SWT berikut:
إِنَّمَا الْمًؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ
Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah di antara dua saudara kalian… (TQS al-Hujurat [49]: 10).
Dari ayat di atas tersurat bahwa siapapun, asalkan Mukmin, adalah bersaudara. Sebabnya, dasar ukhuwah (persaudaraan) adalah kesamaan akidah. Ayat ini menghendaki ukhuwah kaum Mukmin harus benar-benar kuat, bahkan lebih kuat daripada persaudaraan karena nasab.
Persaudaraan nasab bisa terputus karena perbedaan agama. Sebaliknya, ukhuwah islamiyah tidak terputus karena perbedaan nasab. Bahkan persaudaraan nasab dianggap tidak ada jika kosong dari persaudaraan (akidah) Islam (Ash-Shabuni, Shafwah at-Tafaasir, 3/217).
Dalam ayat lain, Allah SWT juga berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
Berpeganglah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai-berai... (TQS Ali Imran [3]: 103).
Imam Ibnu Katsir menyatakan bahwa tali Allah (habl Allâh) adalah Al-Quran yang diturunkan dari langit ke bumi. Siapa pun yang berpegang teguh pada Al-Quran berarti ia berjalan di atas jalan lurus.
Ayat tersebut merupakan perintah Allah SWT kepada mereka untuk berpegang pada al-jamâ‘ah (persatuan) dan melarang mereka dari tafarruq (bercerai-berai).
Dari sini terang sekali bahwa keterceraiberaian tersebut disebabkan Islam tidak dijadikan sebagai pegangan dalam mengatur kehidupan (Ibn Katsir, Tafsîr al-Qur'ân al-'Azhîm, I/477).
Agar kaum Muslim tidak tercerai-berai dari Islam sebagai jalan Allah SWT, al-Quran menegaskan:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Yang diperintahkan ini adalah jalanku yang lurus. Karena itu ikutilah jalan tersebut dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian adalah diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa (QS al-An‘am [6]: 153).
Kedua: Dalil as-Sunnah.
Rasulullah saw. antara lain bersabda:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan satu bangunan. Sebagiannya menguatkan sebagian lainnya (HR Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasa'i dan Ahmad).
Sebaliknya, banyak hadis yang melarang kaum Muslim untuk menyerukan perpecahan atas dasar 'ashabiyah. Di antaranya sabda Nabi Shallallahu alaihi wassalam (SAW)berikut:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ
Tidak termasuk golongan kami orang yang menyerukan 'ashabiyah. Tidak termasuk golong kami orang yang berperang atas dasar 'ashabiyah. Tidak termasuk golongan kami orang yang mati di atas dasar 'ashabiyah (HR Abu Dawud).
Allah SWT berfirman:
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
Sungguh umat kalian ini adalah satu umat. Aku adalah Tuhan kalian. Karena itu bertakwalah kalian (kepada-Ku). (QS al-Mu’minun [23]: 52).
Demikian semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bisshaawab.