KH Ghazali Masroeri, Pakar Ilmu Falak PBNU Meninggal Dunia
Inna lillahi wa Inna ilaihi raji'un. Umat Islam Indonesia, khususnya warga NU, berduka atas meninggalnya KH Ghazali Masroeri. Ketua Lembaga Falakiyah PBNU ini mengembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Suyoto Bintaro Jakarta, Rabu 19 Februari 2020, pukul 10.45 WIB.
"Mohon segala khilafnya dimaafkan. Allahummaghfir lahu warhamhu wa 'afihi wa'fu anhu. Semoga almarhum husnul khatimah," kata Ketua PBNU Robikin Emhas, pada Ngopibareng.id.
Kini jenazah almarhum sedang dalam proses keluar dari rumah sakit, selanjutkanya dibawa ke rumah duka, di Jl. Besi Blok D.6 No.6 Perumahan Pondok Jaya, Bintaro Sektor 5, Jakarta untuk dimandikan.
Selanjutnya, jenazah dibawa ke PBNU untuk dishalatkan. Dierkiraan bakda Ashar, jenazah akan dikebumikan di Porwodadi.
KH Ghozalie Masroeri mengemban amanah sebagai Ketua Lembaga Falakiah pasca-Muktamar NU Lirboyo 1999. Pada Muktamar Jombang 2015, diputuskan bahwa seluruh Lajnah dinamakan ulang menjadi Lembaga dan berada di bawah naungan Tanfidziyah PBNU. Sehingga nama Lajnah Falakiyah pun berubah menjadi Lembaga Falakiyah.
Aktivitas yang digelar makin banyak dan beragam. Misalnya dalam bentuk penyelenggaraan Diklatnas (Pendidikan dan Latihan Dasar Tingkat Nasional) Hisab Rukyat LFNU, yang digelar secara berturut-turut pada tahun 2001 (Cirebon), 2002 (Jepara) dan 2006 (Semarang).
Diklatnas ini bertujuan untuk membentuk dan melatih kader-kader muda di bidang falakiyah, baik laki-laki maupun perempuan. Salah satu alumni Diklatnas 2001 tercatat sebagai generasi terawal kader falak perempuan, yakni Ulya Faruqiyyah, yang menelurkan namanya saat mengukur ulang kembali arah kiblat bagi Masjid Uswatun Hasanah di Bintaro, Tangerang Selatan (Banten). Selain Diklatnas, juga digelar Silatnas (Silaturahmi Nasional) LFNU sebagai ajang pertemuan dan silaturahmi antar kader falak LFNU dan membahas aneka ragam masalah dalam ranah falakiyah.
Telah terselenggara dua kali kegiatan Silatnas, masing-masing pada tahun 2007 (Brebes) dan 2010 (Makassar). Kegiatan Penyerasian Hisab Nasional juga terus diselenggarakan secara rutin, dengan tujuan untuk membentuk data yang akan digunakan membangun Almanak NU bagi tahun-tahun tertentu.
Kegiatan ini mengambil tempat berpindah-pindah mulai dari Surakarta, Bandungan Semarang, Gresik hingga yang terakhir (2016) di Jepara.
Catatan menonjol lainnya pada era ini adalah mulai digelarnya identifikasi dan pendataan tempat-tempat rukyat yang dikelola LFNU. Hingga saat ini telah terdata sekitar 120 titik rukyat LFNU, yang tersebar di pulau-pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, Halmahera serta kepulauan Bali dan Nusa Tenggara.
Era ini juga ditandai dengan pembangunan observatorium bergerak khas Nahdlatul 'Ulama yang dinamakan NUMO (Nahdlatul 'Ulama Mobile Observatory). Kendaraan ini menjadikan Lembaga Falakiyah sebagai salah satu organisasi astronomi terawal yang memiliki fasilitas itu.
Advertisement