KH Fuad Djazuli Wafat, Keluarga Besar Pesantren Ploso Berduka
Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Berita duka bagi umat Islam dan kaum santri di Indonesia, khususnya alumni Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri. KH Fuad Mun;im Djazuli, Ploso Kediri, adik Gus Miek, pada Sabtu 17 Oktober 2020, pukul 03.30 WIB.
Berita duka langsung tersebar di kalangan alumni Pesantren Ploso Kediri dan aktivis NU di Jawa Timur.
"Kepada beliau saya sering ngaji Mukaddimah Fathul Qarib.
اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه اللهم لا تحرمنا أجره ولا تفتنا بعده واغفر لنا وله"
Demikian kata Ustadz Ma'ruf Khozin, Direktur Aswaja NU Center Jawa Timur.
Ahmad Karomi, Sekretaris Lembaga Ta'lif wa-Nasyr NU Jawa Timur pun menyatakan demikian. "Ya Allah, Romo Kiai Fuad Mun'im Djazuli Ploso Kediri kapundut. Nyuwun sholat ghaib lan doa fatihah kagem beliau. Ighfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu anhu."
Sementara itu, M Irfan Ilmie, salah seorang santri almarhum yang kini wartawan Antara, pun merasa berduka atas kepergian tokoh dari keluarga KH Chamim Djazuli itu.
"Satu lagi pengasuh PP Al Falah, Ploso, Kediri, menghadap keharibaan-Nya. KH Fu’ad Mun’im Djazuli, guru sekaligus panutan yang tidak pernah lelah mentasarruf ilmu-ilmunya untuk para santrinya hingga akhir hayatnya."
Menurut Irfan, pada 19 Agustus 2018 ia berkesempatan mengaji Kitab Al Hikam di PP Al Falah di sela-sela cuti dari aktivitas kerjanya.
"Saya tahu beliau begitu masyghul mendapati profesi yang saya geluti sekarang, sampai-sampai beberapa kali beliau mendekatkan telinga ke mulut saya. Memang saya tidak seperti kebanyakan mutakhorijin lainnya.
"Beliau langsung berdoa karena bagi beliau di mana saja santri boleh berkhidmah asalkan demi kemaslahatan, dan tentunya tidak harus di pondok pesantren atau madrasah," tutur Irfan.
"Setahun kemudian, Allah kembali menakdirkan saya bertemu beliau. Saat itu saya berkesempatan menghadiri haul KH Djazuli Utsman, ayahanda beliau sekaligus pendiri PP Al Falah, di almamater yang sangat saya cintai," kenangnya.
Dalam pertemuan kedua ini tanpa diduga Gus Munif, panggilan akrabnya, merangkul Irfan sambil bertanya, “Kamu masih ingat nggak, di mana kita terakhir bertemu?”
"Bukan jawaban atas pertanyaan itu yang sangat mudah bagi saya. Tapi saya benar-benar tersanjung bahwa kiai saya masih ingat betul pertemuan setahun yang lalu. Saya sangat sedih mendengar berita kepergian beliau. Uzur yang sangat syar’i memaksa saya tidak bisa mengantarkan beliau ke tempat peristirahatan terakhir," tuturnya.
Teriring doa dari Irfan, santri yang sangat mbalelo ini:
اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًاخَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيْرَنَا وَكَبِيْرَنَا وَذَكَرِنَا وَاُنْثَانَا. اَللهُمَّ مَنْ اَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَاَحْيِهِ عَلَى اْلاِسْلاَمِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلاِيْمَانِ. اَللهُمَّ لاَتَحْرِمْنَا اَجْرَهُ وَلاَتُضِلَّنَا بَعْدَهُ بِرَحْمَتِكَ يَآاَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Demikian duka pun dirasakan keluarga besar NU Jawa Timur dan umat Islam di Indonesia, serta santri-santri alumni Pesantren Ploso Kediri yang tersebar.
Advertisement