KH Anwar Iskandar, Profil Keren Calon Ketua Umum MUI
Khazanah keilmuan pesantren ditantang oleh perubahan zaman. Khazanah keilmuan itu digalang dan disebarluaskan kepada masyarakat luas sesuai kebutuhan dan cara yang lebih sesuai.
Pada masa lalu, para ulama pesantren aktif dan produktif menulis dan mencipta karya keilmuan serta menerbitkannya sehongga bisa abadi sampai kini.
Demikianlah Nasyrul Ilmi atau menyebarluaskan keilmuan para ulama itu, khususnya melalui media yang sesuai dengan perkembangan era digital ini. Pesantren melakukan nasyrul ilmi, menyebarluaskan khazanah keilmuannya.
Sebagaimana dilakukan Hadlratussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari, melalui Kitab Irsyadus Sari, menyambungkan pesantren dan generasi hari ini dengan sanad dan kedalaman ilmu ulama besar pesantren di masa lalu.
Begitulah pandangan yang pernah disampaikan KH Muhammad Anwar Iskandar, Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amin, Ngasinan, Rejomulyo, Kota Kediri, Jawa Timur, digadang-gadang untuk menggantikan KH Miftachul Akhyar sebagai ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Nama KH Anwar Iskandar akan dibawa ke dalam rapat pleno pada 15 Agustus 2023. Bila dalam rapat pleno disetujui maka nama KH Anwar Iskandar akan kembali dibahas dalam rapat paripurna yang dipimpin oleh Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, KH Maruf Amin.
Profil KH Anwar Iskandar
KH Muhammad Anwar Iskandar dilahirkan di Desa Berasan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi pada tanggal 24 April 1950. Ayahnya bernama KH. Iskandar (Askandar), pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren “Mambaul Ulum” Berasan, Muncar, Banyuwangi.
KH M Anwar Iskandar menikah pertama pada 1975. Pada saat itu beliau dinikahkan oleh KH Machrus Aly dengan seorang wanita asal Jamsaren Kediri bernama Nyai Qoni’atus Zahro, putri dari pengasuh Pondok Pesantren Assa'idiyah Jamsaren, yaitu Kyai Sa'id. Dari pernikahan pertama ini KH Muh. Anwar Iskandar dikaruniai satu putra dan lima putri.
Pada tahun 1990, Anwar Iskandar menikah kedua kalinya dengan ibu Nyai Hj. Yayan Handayani dari Bogor yang sekarang mendiami pondok pesantren Al-Amin. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai tiga putra dan satu putri.
Pendidikannya dimulai sejak KH. Muh. Anwar Iskandar masih dalam asuhan keluarganya. Dia juga dididik agar suatu saat bisa menjadi penerus ayahnya. Sebagaimana yang dilakoni kiai-kiai salaf, KH Anwar Iskandar menimba ilmu dari pesantren yang satu ke pesantren yang lain.
Disamping itu, Kiai Anwar Iskandar juga menimba ilmu pengetahuan umum di sekolah-sekolah formal. Kali pertama KH Anwar Iskandar mengaji kitab-kitab salaf dalam asuhan orang tuanya sendiri di pondok pesantren “Mamba’ul Ulum” Berasan Muncar Banyuwangi.
Pada tahun 1964, KH Anwar Iskandar memasuki Madrasah Aliyah (MA) di lingkungan yang sama dan tetap mengaji kitab-kitab kuning di bawah bimbingan ayahnya.
Setelah itu dia melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri selama empat tahun di bawah asuhan KH. Machrus Aly. Selain mengaji di Lirboyo, ia juga pernah mengaji di pondok pesantren lainnya seperti Ploso Kediri, Sarang Rembang, Minggen Demak, dan ilmu Falak di Jember.
Selain menempuh pendidikan di pondok pesantren KH Anwar Iskandar juga meneruskan jenjang pendidikan formalnya di Perguruan Tinggi (PT) Tribakti Kediri. Sampai pada tahun 1969 KH. Muh. Anwar Iskandar menyandang gelar Sarjana Muda.
Pada tahun 1970, KH. Muh. Anwar Iskandar meninggalkan pondok pesantren Lirboyo Kediri menuju Jakarta untuk menyelesaikan program sarjana lengkap di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab.
Advertisement