KH Abdullah Syafi'i, Keteladanan yang Tak Sekadar Ceramah
KH Abdullah Syafi'i merupakan ulama legendari di Betawi. Setiap tampil di panggung, ulama yang menjadi panutan di Jakarta pada masanya, mampu menghipnotis umat Islam. Bahkan, orang awam pun berusaha untuk mendengar dan memperhatikan ceramah-ceramahnya yang penuh dinamik itu.
Kiai Abdullah Syafi'i pun menjadi perhatian karena eksistensi perguruan yang didirikannya, Perguruan Syafiiyah, yang membawahi sejumlah sekolah hingga perguruan tinggi.
KH Cep Herry Syarifuddin, pengasuh pesantren, di antaranya adalah santri Kiai Abdullah Syafii. Ia menyampaikan catatan yang cukup mengejutkan untuk disimak sekarang:
Alhamdulillah..sejak wafatnya di tahun 1985 hingga kini selalu saja saya mengirimkan Al-Fatihah kepada salah seorang guruku yakni almaghfurlah KH. Abdullah Syafi'i, pendiri Perguruan Islam Asy-Syafi'iyah Balimatraman Tebet Jakarta Selatan. Baru malam kemarin saya ditakdirkan bisa mimpi bertemu beliau sekaligus bercengkrama menimba hikmah. Beliau salah satu sanad keilmuanku yang muttashil hingga Rasulullah Saw. Umat dan wartawan menjulukinya sebagai singa podium karena ketegasannya dalam berdakwah menebar nasehat, menegakkan kebenaran, amar makruf nahi mungkar.
Dalam mimpi itu beliau menceritakan bahwa rahasia beliau memiliki banyak jemaah pengajian adalah membagi kerudung kepada kaum wanita yang belum berkerudung menutup rambutnya. Akhirnya mereka pun mau berbondong-bondong menjadi muridnya.
Memberi Solusi dan Amal
Saya pahami begini, seorang mubaligh, da'i, kiai atau ustadz tidak akan efektif dakwahnya kalau hanya koar-koar saja, tanpa memberikan solusi. Maka jika kita mampu memberikan solusi bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat, maka otomatis mereka pun akan dengan senang hati mengikuti dakwah kita.
Contoh sederhana, terhadap mereka yang masih menganggur, maka perlu diberi skill dan modal untuk hidup mandiri. Nanti mereka kita kumpulkan dalam satu wadah pengajian untuk mengecas keimanan, membenahi akidah dan memperbaiki budi pekerti.
Selain itu, saya melihat ternyata beliau juga sering menjahit pakaian sendiri yang rusak. Buktinya saya melihat ada mesin jahit berikut gulungan aneka benang yang baru saja dipakai. Di situ saya mendapat hikmah bahwa seorang kyai atau ulama harus punya banyak skill misalnya keterampilan menjahit. Jangan bisanya cuma ceramah saja. Skill apapun yang bisa dipelajari, maka mesti dipelajari dan dikuasai. Sebab banyak manfaat yang terkandung di dalamnya. Skill menjahit misalnya, di samping mengamalkan Sunnah Nabi Muhammad Saw yang suka menjahit bajunya sendiri yang sobek, juga bisa menjadi sumber tambahan penghasilan. Selain itu kalau diajarkan kepada orang lain, jelas akan menjadi ilmu manfaat sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Lalu terpikir oleh saya mengangkat fenomena tersebut dalam medsos. Lalu saya sempat memfotokan kitab-kitab beliau yang tersimpan rapi dalam lemari, dan bufet. Tidak lupa mesin merk Singer-nya juga ikut saya foto.
Dan benar-benar pengalaman mimpi yang mengesankan tersebut saya tuangkan saat ini di medsos.
Untuk ruh beliau, Allahu yarhamuhu wa yuqoddisu sirrohu wa yunawwiru dhorihahu wa yu'lii darojatihi fil jannah wa yu'idu'alaina min barokaatihi wa anwarihi wa asrorihi wa'ulumihi wa nafahatihi fid diin wad dunya wal aakhiroh lahulfaatihah.