KH Abdul Hakim Mahfudz, Pengayom Umat Pemimpin Bermartabat
KH Abdul Hakim Mahfudz menjadi peneduh suasana. Karismatik dan figur yang mengayomi umat.
Gus Kikin, pribadi yang telah selesai dengan urusan dirinya. Dengan begitu, khidmahnya di NU benar-benar merupakan ladang ibadah dalam mengembangkan dakwah Islam ala Ahlussunnah waljamaah -- yang telah diperjuangkan para leluhurnya.
Amanah Menuju Konferwil NU Jatim
Ketegangan di tubuh Nahdlatul Ulama (NU), menyusul diberhentikannya KH Marzuki Mustamar dari Ketua PWNU Jawa Timur, mulai reda. Menyusul keputusan rapat gabungan PBNU dipimpin Rais Aam KH Miftachul Akhyar, menetapkan KH Abdul Hakim Mahfudz sebagai Pejabat Ketua PWNU Jawa Timur, hingga bulan Maret 2024 ketika diselenggarakan Konferwil NU.
Menurut H Saifullah Yusuf, Sekjen PBNU, Gus Kikin ditunjuk dengan alasan berpengalaman dan sedang menjabat sebagai salah satu Ketua PBNU.
Dalam rapat gabungan itu dipimpin Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, hadir Ketua Umum KH Yahya Cholil Staquf serta jajaran Syuriyah dan Tanfidziyah. Adapun terkait pemberhentian KH Marzuki juga merupakan usulan dari Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur yang ditandatangani langsung oleh KH Anwar Mansyur.
Masalah Ketua PWNU diberhentikan, sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Di Jawa Timur, Prof Dr KH Ali Maschan Moesa pun pernah diberhentikan dari jabatan Ketua PWNU. Namun saat itu KH Ali Maschan hingga saat ini masih aktif di jajaran Syuriyah PWNU Jawa Timur. Begitu penjelasan Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.
Pribadi Meneduhkan
Sesungguhnya, Gus Kikin sudah diharapkan memimpin PWNU Jatim pada Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jatim di Ponpes Lirboyo Kediri, Minggu (29 Januari 2018). Ada tiga calon yang diharapkan, Gus Kikin (11 suara), KH Marzuki Mustamar (30 suara), dan KH Abdul Nasir Badrus (4 suara) dari 45 suara yang ada.
Sesuai tatib Konferwil NU Jatim, syarat dicalonkan minimal mendapatkan 17 suara dukungan. Dengan hasil tersebut KH Marzuki Mustamar yang langsung terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim untuk periode periode 2018–2023.
Semua nahdliyin mahfum, Gus Kikin adalah Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Dialah putra KH Mahfudz Anwar (almaghfurlah) dan Nyai Hj Abidah Ma’shum. Dari jalur ibu, nasab beliau bersambung kepada Nyai Hj Khoiriyah Hasyim, putri sulung KH M Hasyim Asy’ari yang diperistri KH Ma’shum Ali, ahli falak asal Gresik dan pengarang kitab Amtsilah Tasrifiyah, yang juga kakak kandung KH Adlan Ali Cukir.
Dari jalur ayah, nasab beliau bersambung kepada KH Anwar bin Alwi, pendiri Pondok Pesantren Tarbiyatul Nasyi’in Paculgowang, Jombang. Gus Kikin terhitung masih adik sepupu KH Anwar Mansur, Rais Syuriah PWNU Jatim yang pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi'in Lirboyo.
Gus Kikin didapuk memimpin Tebuireng setelah KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah, almaghfurlah) wafat pada Februari 2020. Gus Sholah sepertinya sudah mempersiapkan Gus Kikin sebagai pengganti beliau. Dalam beberapa kali pertemuan para ulama pesantren, Gus Kikin selalu mendampingi Gus Sholah -- termasuk kali terakhir di Pondok Pesantren di Pacet asuhan KH Mahfudz Saubari (al-Maghfurlah) dalam Forum Peduli Bangsa yang membahas masa depan keumatan, terutama kesejahteraan masyarakat dan perekonomian.
Pengusaha Sukses
Gus Kikin merupakan pengusaha di bidang minyak dan gas bumi. Ia tercatat sebagai pemilik PT Energi Mineral Langgeng (EML), sebuah perusahaan migas nasional yang diberi amanat mengelola South East Madura Block. Wilayah kerja yang dikelola oleh kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) ini meliputi Sumenep dan Situbondo.
Ia dikenal sebagai ulama yang tawadhu dan rendah hati. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini kepada tebuireng.com.
Sikap kerendahan hati itu ditunjukkan jika bergaul dengan orang-orang menengah ke bawah dan menengah ke atas.
“Gus Kikin pribadi yang humble (rendah hati), beliau ulama yang tawadhu. Tidak sungkan juga untuk selalu hormat, bukan hanya pada kalangan atas, tapi juga pada kalangan di bawah,” kata dia.
Boleh dibilang, Gus Kikin adalah pribadi yang telah selesai dengan urusan dirinya. Dengan begitu, khidmahnya di NU benar-benar merupakan ladang ibadah dalam mengembangkan dakwah Islam ala Ahlussunnah waljamaah yang telah diperjuangkan para leluhurnya.