Kevin Indonesian Idol Idap Psikosomatis
Nama Abraham Kevin akrab didengar publik kala dirinya menjadi finalis Indonesian Idol 2018. Saat itu Kevin bersama Marion Jola dan Brisia Jodie berjuang menjadi idola baru Indonesia. Meski tak berhasil merebut juara satu namun ia sudah berhasil merebut hati para penggemarnya.
Jarang muncul di layar kaca, Kevin mengungkap menderita gangguan mental, psikosomatis. Dimana ia selalu merasakan kecemasan berlebih dan bereaksi pada tubuh. Hal ini pun ia ungkap saat menjadi bintang tamu di acara Q&A di salah satu stasiun televisi.
"Jadi, kadang aku ngerasa deg degan, kadang mataku blur, padahal kalau di check ke dokter tidak sakit. Terus kadang vertigo padahal itu reaksi doang. Terus kaki-kaki lemes, tidak bisa digerakin takutnya syaraf motoriknya terganggu tapi kalau dicek ke ahli syaraf tidak ada sakit apa-apa," ungkapnya.
Psikosomatis itu pun datang tiba-tiba, baik itu pagi ataupun malam. Bahkan hampir tiap hari datang. Sebelum Kevin tahu jika didiagnosis psikosomatis, tentu ia benar-benar bingung dengan dirinya sendiri. Saat merasa deg-degan dan mata blur ia takut ada apa-apa dengan tubuhnya. Bahkan sempat takut jika dirinya terserang jantung.
Kevin sampai pernah ke rumah sakit memeriksakan keluhannya itu sampai 10 kali dalam sebulan. Namun apa yang terjadi, dokter pun menyebut dirinya baik-baik saja.
"Jadi pernah satu bulan bisa sampai 10 kali ke rumah sakit. Ya karena aku masih muda dan aku tidak ada pengetahuan dalam ilmu medis. Jadi menanggapi deg-degan itu aku kira wah ada yang salah sama jantungku. Takut serangan jantung. Biasanya orang kalau panic attack biasanya kayak dicekek gitu kan, mata blur, kalau jalan itu kayak lagi gempa gitu. Padahal itu sensasi di tubuh," ungkap Kevin.
Dikutip dari Britannica, gangguan psikosomatis adalah suatu kondisi ketika tekanan psikologis memengaruhi fungsi fisiologis secara negatif sehingga menimbulkan tekanan.
Kondisi tersebut menyebabkan disfungsi atau kerusakan struktural pada organ tubuh melalui aktivasi yang tidak tepat dari sistem saraf involunter dan kelenjar sekresi internal.
Dengan demikian, gejala psikosomatis muncul sebagai penyerta fisiologis dari keadaan emosional. Dalam keadaan marah, misalnya, tekanan darah, denyut nadi, serta laju pernapasan orang yang marah cenderung meningkat.
Gangguan psikosomatik dapat memengaruhi hampir seluruh bagian tubuh. Gangguan psikosomatis juga disebut dengan gangguan psikofisiologis.