Keutamaan Bulan Rajab, Hukum Berpuasa Menurut Imam 4 Mazhab
Puasa Rajab dan aktivitas amalan sunnah lainnya, menjadi bagian penting bagi masyarakat Islam secara luas. Bahkan, bagi kalangan pesantren, ada amalan khusus yang bisa menjadi bagian tak terpisahkan dalam kaitannya dengan Rajab hingga bulan Sya'ban dan Ramadhan.
KH Ma’ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur, memberi penjelasan kaitan antara Keutamaan bulan Rajab, amalan puasa dan pandangan empat mazhab dalam fikih.
Malam 1 Rajab
Para ulama Salaf sejak masa Sahabat sudah mengenal keutamaan Rajab, khususnya awal malam pertama. Misalnya yang disampaikan imam Mazhab kita:
(ﻗﺎﻝ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ) : ﻭﺑﻠﻐﻨﺎ ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﺎﻝ: ﺇﻥ اﻟﺪﻋﺎء ﻳﺴﺘﺠﺎﺏ ﻓﻲ ﺧﻤﺲ ﻟﻴﺎﻝ ﻓﻲ ﻟﻴﻠﺔ اﻟﺠﻤﻌﺔ، ﻭﻟﻴﻠﺔ اﻷﺿﺤﻰ، ﻭﻟﻴﻠﺔ اﻟﻔﻄﺮ، ﻭﺃﻭﻝ ﻟﻴﻠﺔ ﻣﻦ ﺭﺟﺐ، ﻭﻟﻴﻠﺔ اﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ
Asy-Syafii berkata bahwa telah sampai kepada kami: “Doa dikabulkan pada 5 malam, malam Jumat, malam idul Fitri, malam idul Adha, awal malam Rajab dan malam nisfu syaban” (Al-Umm 1/264)
Perkataan ini juga disampaikan oleh Sahabat Ibnu Umar (Mushannaf Ibni Abdirrazzaq), Khalifah Umar bin Abdul Aziz (At-Targhib wa Tarhib), dan Khalid bin Ma’dan (Fadhail Rajab, Al-Khallal).
Pentarjih utama Mazhab Syafi’
Pentarjih utama Mazhab Syafi’i, Imam Nawawi, menjelaskan:
ﻭاﺳﺘﺤﺐ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭاﻷﺻﺤﺎﺏ اﻹﺣﻴﺎء اﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻣﻊ ﺃﻥ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺿﻌﻴﻒ ﻟﻤﺎ ﺳﺒﻖ ﻓﻲ ﺃﻭﻝ اﻟﻜﺘﺎﺏ ﺃﻥ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ اﻟﻔﻀﺎﺋﻞ ﻳﺘﺴﺎﻣﺢ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﻳﻌﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﻭﻓﻖ ﺿﻌﻴﻔﻬﺎ
Asy-Syafii dan para ulama Syafi’iyah menganjurkan untuk menghidupkan malam Rajab dan lainnya padahal hadistnya daif, adalah dikarenakan seperti yang dijelaskan di permulaan kitab ini bahwa hadist daif ditolerir dan diperbolehkan untuk diamalkan sesuai kedaifannya (Al-Majmu’ 5/43).
Puasa Rajab 4 Mazhab
Dalam pandangan ulama 4 Mazhab ada anjuran puasa di bulan Rajab. Tidak dipungkiri sejak dulu memang ada yang menuduh bidah. Tidak perlu dihiraukan, kita tetap bersama mayoritas Umat Islam;
1. Mazhab Hanafi
لِأَنَّ صَوْمَ رَجَبَ كَانَ مَشْرُوعًا (المبسوط ابو بكر السرخسي- ج 4 / ص 72)
“Puasa Rajab adalah disyariatkan” (Abu Bakar as-Sarakhsi dalam al-Mabsut, 4/72).
2. Mazhab Maliki
وَنُدِبَ صَوْمُ بَقِيَّةِ الْمُحَرَّمِ وَصَوْمُ رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَنُدِبَ صَوْمُ يَوْمِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ لِمَنْ أَرَادَ الِاقْتِصَارَ (حاشية الصاوي على الشرح الصغير – ج 3 / ص 251)
“Disunnahkan puasa di bulan-bulan mulia, puasa bulan Rajab, Sya’ban dan puasa di pertengahan Sya’ban yang yang ingin meringkasnya” (Syekh ash-Shawi dalam Syarah ash-Shaghir 3/251).
3. Mazhab Syafi’i
قِيْلَ: وَمِنَ الْبِدَعِ صَوْمُ رَجَبَ، وَلَيْسَ كَذَلِكَ بَلْ هُوَ سُنَّةٌ فَاضِلَةٌ، كَمَا بَيَّنْتُهُ فِي الْفَتَاوِي وَبَسَطْتُ الْكَلَامَ عَلَيْهِ (إعانة الطالبين – ج 1 / ص 313)
“Dikatakan bahwa puasa Rajab adalah bid’ah, maka itu tidak benar, bahkan suatu kesunahan yang utama sebagaimana saya terangkan dalam kitab al-Fatawi karya Ibnu Hajar al-Haitami” (Syekh Abu Bakar ad-Dimyathi dalam Ianatut Thalibin 1/313).
4. Mazhab Hambali
قَالَ فِي الْفُرُوعِ : لَمْ يَذْكُرْ أَكْثَرُ الْأَصْحَابِ اسْتِحْبَابَ صَوْمِ رَجَبٍ وَشَعْبَانَ . وَاسْتَحْسَنَهُ ابْنُ أَبِي مُوسَى فِي الْإِرْشَادِ . قَالَ ابْنُ الْجَوْزِيِّ فِي كِتَابِ أَسْبَابِ الْهِدَايَةِ : يُسْتَحَبُّ صَوْمُ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ وَشَعْبَانَ كُلِّهِ ، وَهُوَ ظَاهِرُ مَا ذَكَرَهُ الْمَجْدُ فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ (الإنصاف علي بن سليمان المرداوي – ج 5 / ص 500)
“Ibnu Muflih berkata dalam kitab al-Furu’: Kebanyakan ulama Hanbali tidak menyebutkan kesunahan puasa bulan Rajab dan Sya’ban. Sedangkan Syekh Ibnu Abi Musa dalam kitabnya al-Irsyad menilainya sebagai sesuatu yang bagus. Ibnu al-Jauzi berkata dalam kitab Asbab al-Hidayah: Dianjurkan berpuasa di bulan-bulan mulia dan bulan Sya’ban keseluruhannya. Ini adalah pendapat yang disebutkan oleh al-Majdu tentang bulan-bulan mulia.” (Syekh Ali bin Sulaiman al-Marwadi dalam al-Inshaf 5/500).
Tapi hati-hati, banyak hadist palsu berseliweran yang menjelaskan keutamaan Rajab. Jangan langsung meyakini hadist-hadist palsu tersebut, pastikan setiap hadis ada nama perawi dari Sahabat dan perawi akhir yang menjadi kitab induk hadis.