Tulus Mengasuh, Baby Sitter Diberangkatkan Umroh Anak Asuh
Don’t judge the book by it’s cover.
Pesan yang ingin disampaikan pepatah ini kira-kira jangan menilai seseorang dari penampilan luarnya saja. Pepatah bahasa Inggris ini mungkin ada benarnya jika disematkan kepada perempuan ini. Rambutnya dipotong pendek, dicat warna biru muda pula. Penampilannya ala harajuku. Kesannya tomboy sekali. Namun nyatanya dia sebenarnya mempunyai hati lembut,--yang paham soal balas budi.
Saat memperkenalkan diri, dia enggan menyebut nama asli. Alasannya, karena privasi. Dia hanya ingin dipanggil sebagai Wine Fallensky. Nama Wine menjadi viral di media sosial, saat dia posting di Facebook soal memberangkatkan pengasuh alias baby sitternya untuk umroh.
Saat ditemui di sebuah resto di kawasan Jalan Kenjeran Surabaya, Wine pun bercerita panjang lebar soal kenapa dia sampai rela memberangkatkan baby sitternya umroh. Duduk santai sambil diiringi alunan jazz, Wine pun mulai bercerita.
Hubungannya dengan baby sitternya sebenarnya bukan dibangun dalam waktu yang sekejap. Wine memanggil babby sitternya dengan panggilan Sus Yati. Sus Yati sudah mengasuh Wine sejak ia masih berusia tiga bulan.
"Dulu karena papaku kerja, terus mamaku kena penyakit tiroid. Akhirnya Sus yang merawat aku," kata Wine mencoba memanggil kembali ingatannya.
Waktu pun terus bergulir. Wine pun tumbuh, dari seorang bayi menjadi bocah. Seperti bocah lainnya, Wine juga tak luput dari nakal. Meski sering nakal, Sus Yati tetap sabar mengasuh Wine. Dalam anggapan Wine, Sus Yati adalah orang yang paling tulus yang pernah ia temui.
Bagaimana tidak? Saat Wine kecil, dia suka menyembur makanan ke wajah orang lain, apalagi ke wajah Sus Yati, paling sering! Tapi bedanya, Sus Yati adalah orang yang tak pernah marah pada Wine. “Sus itu ikhlas banget orangnya. Tante saja waktu aku sembur, dia marah," kata dia sambil terkekeh mengingat kenakalannya saat masih bocah.
Pengalaman yang menyentuh Wine lain adalah saat matanya terkena tembak mainan temannya. Saat itu usianya saat itu masih tiga tahun. Saat bermain, tanpa sengaja tembak-tembakan temannya mengenai mata kiri Wine.
Panik, Sus Yati langsung mengendong Wine untuk dibawa ke rumah sakit. Sus Yati merasa orang yang paling bersalah dan harus bertanggungjawab atas insiden itu.
Usai ditangani, dokter mengatakan Wine tidak boleh berbaring. Termasuk saat tidur. Alasannya, karena bisa mengakibatkan pendarahan. Sus Yati pun secara bergantian dengan nenek dan tante mengendong Wine dalam posisi duduk selama 24 jam.
Keinginan Wine untuk memberangkat Sus yati ke Tanah Suci sebenarnya sudah ada sejak ia masih bocah. Saat bocah, Wine sering melihat Sus Yati sholat. "Dulu waktu aku main lari-lari, sering liat suster sholat. Sampai saat besar, aku berpikir orang ini pasti pengen banget ya kalau ke tanah suci. “ ujar perempuan penyuka anime ini.
Niat untuk memberangkat Sus Yati ke Tanah Suci ini akhirnya kesampaian juga tahun ini. Usai kepulangannya dari Jepang, Wine pun mendirikan bisnis kuliner di Surabaya. Perempuan kelahiran Surabaya 8 Juni 1994 ini, sebelumnya pernah menempuh pendidikan di Universitas Ciputra, Surabaya selama dua tahun.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Tokyo Language School di Jepang, selama satu tahun. Wine juga menimba ilmu Tokyo School of Music selama dua tahun. Saat di Jepang, Wine juga sempat bergabung dalam sebuah band di Jepang. Anggotanya semuanya orang Jepang asli. Wine juga fasih bernyanyi dalam bahasa Jepang.
Usai pulang dari Jepang itu, keinginan untuk memberangkatkan Sus Yati ke Tanah Suci semakin kuat. Ia pulang dari Jepang itu, sekitar awal 2016. Ia pun aktif bermain Bit Coin. Dia juga mendirikan usaha bidang kuliner. Saat mulai usaha itu, dia masih ingat dengan keinginannya untuk mewujudkan mimpi Sus Yati. Berangkat ke Tanah Suci!
“Jika aku punya uang nih. Aku mikir, mau buat apa uang ini. Buat beli tas atau jam mahal kan pasti gitu-gitu aja rasanya. Jadi aku pikir aku pakai Buat Sus Yati saja lebih berguna dan aku juga senang bisa melakukannya,” ujar Wine
Tekad pun ia bulatkan. Proses pengumpulan uang sebesar Rp27 juta untuk umroh ini, hasil dari tiga bulan kerja Wine sendiri. Bagai gayung bersambut, keluarga pun tak mempermaslahkan rencananya.
Justru keluarga Wine sangat mendukung. Mereka juga merasa Banon Priyati, nama panjang Suster Yati, berhak mendapatkannya. “Orangtua sih gak ada masalah. Mereka malah mensupport aku untuk melakukannya, “ ujar Wine.
Sebenarnya, ia sempat menawarkan mengupgrade umroh menjadi naik haji. Namun, Suster Yati yang sudah berumur hampir 70 tahun itu menolak. Alasannya kalau haji akan menunggu terlalu lama. Karena antrean haji di Indonesia memang bisa mencapai 5 tahun.
Wine juga mengatakan bahwa apa yang ia lakukan hanya untuk menghargai ketulusan orang lain. Jangan memandang seseorang hanya dari pekerjaan atau materi, tapi ketulusannya.
“Aku tidak pernah memandang orang dari status, aku hanya melihat keikhlaaan, ketulusan sus merawat aku, karena memang kita harus hargai ketulusan seseorang“ ujarnya
Saat pulang umroh nanti, Sus Yati masih juga masih akan bekerja di keluarga Wine. Bukannya tak punya kasihan, sudah sepuh kok masih disuruh bekerja. Tapi keinginan tetap bekerja malah datang dari Sus Yati sendiri. “Dia masih ingin bekerja. Soalnya kata Sus, dia malah merasa gak enak kalau diam saja di rumah,“ tutup Wine. (pit)