Ketua Umum PBNU: Sambutan UEA Pada Paus Bukti Islam Cinta Damai
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan, pertemuan antara pemimpin
Uni Emirat Arab (UEA) dengan pimpinan umat Katolik dunia, Paus Fransiskus, di Abu Dhabi membuktikan Islam itu rahmatan lil alamin, bisa duduk berdampingan dengan pemeluk agama lain secara damai.
Barat yang selama ini melihat Islam dengan kebencian dan mengindentikkan Islam dengan terorisme harus melihat fakta sambutan yang cukup hangat selama Paus Fransiskus berada di tengah-tengah pemimpin UEA. "Fakta ini juga harus menjadi petunjuk bagi siapa saja yang melihat Islam dengan sebelah mata, anti demokrasi dan menghambat kemajuan," kata Said Aqil kepada ngopibareng.id di Jakarta, Rabu 6 Januari 2019.
Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Ignatius Suharyo juga menyambut positif pertemuan antara UEA dengan Paus Fransiskus. "Saya meyakini pertemuan ini akan memperkuat kerukunan antarumat beragama, utamanya Islam dan Katolik," kata Suharyo yang merangkap sebagai Uskup Agung Jakarta.
Sebagai pemimpin Katolik di Indonesia, Soeharyo menegaskan, bahwa tidak pernah bermasalah dengan umat Islam. Gereja Katedral di seberang Masjid Istiqlal Jakarta oleh Uskup Agung dimaknai sebagai lambang kerukunan antara umat Islam dan Katolik.
Tokoh sentral dari Universitas Al Azhar Syaikh Tayeb mengatakan, warga Kristen merupakan bagian dari bangsa dan bukan kelompok minoritas.
“Kalian adalah warga negara dengan hak-hak penuh dan memiliki tanggung jawab,” kata Syaikh Tayeb, seperti dilansir Reuters pada Senin, 4 Februari 2019.
Syaikh Tayeb melanjutkan, warga Muslim agar terus merangkul warga Kristen dimana saja.
“Karena mereka adalah rekan sebangsa,” kata dia dalam pidato yang disiarkan langsung dari Founder’s Memorial, Abu Dhabi, UEA, yang juga dihadiri Paus Fransiskus.
Kunjungan Paus ke UEA berlangsung selama tiga hari, sejak Minggu hingga Selasa, 5 Februari 2019. Dalam kunjungan ini, Paus menyuarakan penolakannya terhadap perang di Timur Tengah, baik Perang Yaman, Suriah, Irak dan Libya. Dia meminta umat manusia untuk menolak makna kata ‘perang’.
“Persaudaraan kemanusiaan membutuhkan kita semua, sebagai perwakilan dari agama-agama di dunia, bertugas untuk menolak semua makna persetujuan dari kata ‘perang’," kata Paus seperti dilansir The National. (asm)