Ketua Umum LDII: Perebutan Panggung Politik, Rakyat Jadi Korban
Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Chriswanto Santoso mengajak seluruh elemen bangsa, berpolitik kenegaraan dalam bingkai moralitas. Kebebasan individu dalam demokrasi itu, tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan. Tanpa moralitas, kebebasan itu bisa bertabrakan dengan kebebasan orang lain.
Setelah reformasi, bangsa Indonesia sepakat membangun demokrasi yang sehat. Sehingga semua pihak, pemerintah, partai politik dan rakyat harus mematuhi hukum atau aturan yang dibuat bersama oleh eksekutif dan legislatif.
“Taat terhadap peraturan adalah salah satu ciri masyarakat yang demokratis dan beradab,” kata Chriswanto, dalam pernyataan resmi yang disampaikan kepada media, Selasa 19 April 2022.
Sarjana teknik lulusan Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya itu menyampaikan, bahwa manusia dengan moralitas yang luhur, akan menjadi pribadi yang mampu mengendalikan diri. Dan bulan Ramadan ini dianggap waktu yang tepat untuk belajar mengendalikan diri, mengikuti aturan yang dibuat atas kesepakatan bersama.
"Sikap emosional dengan menghajar orang lain yang berbeda pandangan politik justru akan menghilangkan nilai luhur demokrasi tersebut," pesannya.
Bicara tentang tahun politik jelang pemilu Chriswanto berpandangan, merupakan tahun yang penuh emosional, inilah pentingnya pengendalian diri, jangan hal-hal yang dianggap tidak adil dilawan dengan emosi dan kekerasan.
Chriswanto lantas menyebutkan ciri berdemokrasi yang baik tidak mudah terpancing. "Keributan pada tahun politik disebabkan karena banyak politisi yang tidak memiliki leadership atau jiwa kepemimpinan," ucapnya.
Chriswanto melanjutkan, politisi biasa dengan politisi yang memiliki leadership dikatakan berbeda. Politisi selalu menekankan program untuk jangka pendek, agar lima tahun terpilih lagi. Sedang politisi yang dilandasi leadership, menekankan program jangka panjang, agar masyarakat sejahtera serta menyiapkan generasi berikutnya.
"Boleh saja, politisi menumpang program jangka panjang politisi lain yang memiliki leadership. Tapi nantinya, akan terlihat pada saat politisi itu kalah. Dia akan banyak komplain, menyalahkan sistem, dan lain-lain. Sedang politisi yang memiliki jiwa kepemimpinan tidak masalah siapa pun yang menang, yang penting visinya untuk menyejahterakan rakyat dan membangun generasi penerus yang berkualitas bisa tercapai. Politisi seperti ini yang langka," ujarnya.
Menurut Chriswanto, bila semua politisi itu mempunyai leadership, kondisi di Indonesia, akan jauh lebih dari saat ini. Suka tidak suka harus diakui bangsa Indonesia pada sekarang ini dihadapkan pada persoalan yang sulit dan membingungkan. Pada rebutan panggung, lanjut Chriswanto, rakyat justru menjerit akibat mahalnya harga kebutuhan pokok sehari hari. Untuk mendapatkan minyak goreng murah, masyarakat harus antre, BBM naik. Apalagi kalau bicara soal keadilan dinilai jauh panggang dari api.
"Ini fakta di lapangan yang dirasakan masyarakat . Mereka diam bukan berarti setuju, tapi sudah tidak berdaya untuk teriak. Sebab itu pemerintah harus hadir untuk menyelesaikan keresahan di masyarakat. LDII tidak menghendaki keresahan menjadi seperti api dalam sekam," kata Chriswanto.
Pemerintah diingatkan harus terbuka terhadap kritik, jangan merasa paling benar. Memahami pentingnya kedewasaan dalam berdemokrasi. Sebab, Chriswanto menambahkan, inti demokrasi adalah menyejahterakan rakyat bukan ambisi pribadi atau kelompok.