Ketua TPPKK Ungkap Faktor-faktor Stunting di Surabaya
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Surabaya hingga awal Maret 2022, angka stunting sebanyak 1.626, angka ini menurun drastis dari sebelumnya tercatat 5.727 angka stunting di Surabaya.
Melihat hal tersebut ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TPPKK), Rini Indriyani Eri Cahyadi memaparkan faktor utama stunting di Surabaya ialah pola asuh, di samping itu ada pula faktor lainnya.
Adapun faktor-faktor penyebab stunting di Surabaya ialah:
1. Pola Asuh
Menurut istri Walikota Surabaya ini, faktor utama stunting di Surabaya adalah pola asuh orangtua terhadap anak. Ia mengungkapkan, saat turun memberikan bantuan pada balita yang stunting di Surabaya, dirinya banyak menemukan orang tua balita stunting yang lebih mementingkan penampilannya, ketimbang memperhatikan asupan nutrisi anaknya.
"Misalnya, seperti ini ibunya sempat menggunakan bulu mata anti badai, tapi kok nyuapin anaknya tidak sempat. Hal ini mengacu pada pola asuhnya. Banyak sekali terjadi pola asuh yang kurang benar di Surabaya," ungkap Rini kepada wartawan.
Hal ini pun akan menjadi fokus pemerintah Kota Surabaya untuk menekan angka stunting, ujarnya.
2. Jamban Tidak Layak
Rini mengakui, ada beberapa jamban tidak layak di Surabaya tapi itu tidak banyak. Menurutnya, yang paling banyak mempengaruhi angka stunting di Surabaya adalah pola asuh orangtua terhadap anak.
3. Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
MBR juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi angka stunting di Surabaya, sebab hal ini akan berpengaruh pada pola asuh.
"Tapi sebenarnya hal ini bisa diatur kalau orang tua bisa telaten. Orangtua yang MBR biasanya sanggup beli rokok, sehari berapa batang, coba kalau misalnya uang rokok itu dibelikan telur untuk anaknya. Jadi ini memang tergantung ketelatenan orangtua," terang Rini.
4. Pernikahan Dini
Rini mengatakan, pernikahan dini juga menjadi salah satu faktor angka stunting di Surabaya. Sebab, saat melakukan pernikahan dini, perempuan masih terlalu muda untuk melahirkan.
"Hal ini kan tentunya akan berpengaruh pada anak yang dilahirkan, karena kondisi ibunya belum siap untuk melahirkan," ujarnya.
Untuk mengatasi hal ini, pihaknya pun bekerja sama dengan KUA lewat program Calon Pengantin Cegah Stunting (Centin). Program ini mengedukasi calon pengantin mengenai persiapan kehamilan hingga melahirkan.
"Kami memberikan pandangan pada calon pengantin mengenai bagaimana nanti kalau hamil, lalu saat melahirkan bagaimana, supaya anaknya nanti sehat dan terhindar dari stunting," jelasnya.
Selain itu, ungkap Rini, Pemkot Surabaya juga bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk melakukan pendidikan seksual kepada para siswa.
"Rencananya ini akan dilakukan saat PTM sudah mulai jalan, karena ditakutkan kalau dari zoom akan berbeda penerimaannya," tutup Rini.
Advertisement