Ketua Satgas Covid IDI Sebut Varian B117 Lebih Mematikan
Varian baru mutasi virus penyebab Covid-19, Sars Cov19, yang dikenal dengan nama B117 telah menyebar di Indonesia. Terbaru, Prof Zubairi Djoerban menyebut jika varian ini 64 persen lebih mematikan, dibanding virus lain yang sedang beredar dan menyebabkan Covid-19.
Hal itu disampaikan Prof Zubairi lewat akun Twitternya. Dokter spesialis penyakit dalam yang juga Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) itu melansir hasil penelitian terbaru dari sebuah jurnal di Inggris.
"Saya ingin menyampaikan tentang varian B.1.17 yang awalnya dinamakan VOC N501Y.VI ini. Studi terbaru menyatakan, orang yang terinfeksi varian ini didapati 64 persen lebih mungkin meninggal ketimbang orang yang terinfeksi dengan varian yang beredar sebelumnya," cuitanya yang diunggah pada Jumat 19 Maret 2021.
Ia melanjutkan, virus yang memiliki daya penularan lebih tinggi ini menyebabkan okupansi di rumah sakit menjadi tinggi. "Kemunculan varian ini berbarengan dengan tingginya okupansi di rumah sakit-rumah sakit dan diketahui meningkatkan angka kematian," lanjutnya.
Ia lantas mengoreksi studi sebelumnya yang menyebut jika virus ini mudah menulari tetapi tidak mematikan, sekaligus mengingatkan agar studi terbaru ini bisa menjadi perhatian bagi pengambil keputusan sekaligus penduduk Indonesia.
"Dus. Studi sebelumnya menyatakan B.1.1.7 ini lebih mudah menular tapi tidak mematikan dan telah tersebar ke hampir 100 negara. Semoga, studi terbaru yang dimuat di British Medical Journal (Jurnal Kedokteran Britania) ini jadi perhatian kita semua," imbuhnya.
Kabar baiknya, kemunculan varian ini bisa ditanggulangi oleh vaksin Covid-19 yang sedang didistribusikan saat ini. Penelitian itu menyebut jika vaksin Pfizer yang kini dipakai Inggris, efektif menangkal varian baru ini. "Kabar baiknya, vaksinasi di Inggris-yang memakai Pfizer- terbukti efektif menangkal varian B.1.1.7. ini. Alhamdulillah," imbuhnya.
UPDATE:
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) March 19, 2021
Saya ingin menyampaikan tentang varian B.1.1.7 yang awalnya dinamakan VOC N501Y.V1 ini.
Studi terbaru menyatakan orang yang terinfeksi varian ini didapati 64% lebih mungkin meninggal ketimbang orang yang terinfeksi dengan varian yang beredar sebelumnya.
.....
Advertisement