Ketua Panitia Kongres Ikatan Alumni ITB Dimosi Tidak Percaya
Bakal muncul gejolak, pada Kogres Nasional Ikatan Alumni ITB (Institut Teknologi Bandung). Setidaknya akan muncul persoalan. Karena sebelum Kongres IA-ITB digelar 26 dan 27 Maret 2021 mendatang, hari ini beredar surat mosi tidak percaya pada Ketua Panitia Kongres X IA-ITB, Agustin Peranginangin. Ini adalah mosi ketiga kalinya yang ditujukan pada ketua panitia.
Dalam surat mosi tidak percaya bertanggal 16 Maret kemarin itu, disebutkan adanya dua alasan. Pertama, Ketua Panitia Pelaksana Kongres Nasional X IA-ITB tidak mengindahkan Surat Pernyataan Bersama Tim Sukses tanggal 5 Maret 2021.
Kedua, tidak adanya itikad baik untuk memfasilitasi hak memilih dari Anggota Biasa IA-ITB sesuai dengan Anggaran Dasar IA-ITB Pasal 9 ayat 1 butir b yang berbunyi; “Hak Anggota Biasa adalah: Memilih dan dipilih menjadi pengurus dan atau jabatan lain yang ditetapkan.”, yang ditunjukkan dengan keengganan untuk memperpanjang masa pelayanan pendaftaran DPT yang seharusnya berlangsung selama 30 hari kalender sesuai rencana.
Surat mosi tidak percaya kepada ketua panitia itu ditandatangani oleh tujuh orang yang masing-masing mengatasnamakan tim sukses. Sebenarnya ada 8 calon ketua umum, tetapi tim sukses untuk calon nomer 3 yang mencalonkan Gembong Primadjaja, tidak mau tandatangan. Gembong Primadjaja alumni Teknik Mesin angkatan 1986 yang menjadi Sekjen IA ITB 2016-2020, tetapi telah menyatakan mengundurkan diri untuk ikut pencalonan, padahal belum menyampaikan pertanggungjawaban.
Dengan demikian ada tujuh orang tim sukses yang menandatangani mosi tidak percaya, masing-masing Andi W (Tim Sukses Calon No. 1), Akhmad Syarbini (Tim Sukses Calon No.2), Dodong Cahyono (Tim Sukses Calon No. 4), Ahmad Arafat (Tim Sukses Calon No. 5), Barrick A.Setiawan (Tim Sukses Calon No. 6), Noudie de Jong (Tim Sukses Calon No. 7) dan Ulyses Sitompul, Tim Sukses Calon No.8).
Tembusan surat mosi tidak percaya ini dikirimkan antara lain kepada Ketua Umum Pengurus Pusat IA-ITB, Dewan Pengawas IA-ITB, Panitia Pengarah Kongres Nasional X IA-ITB, Pengurus Daerah IA-ITB, Pengurus Komisariat IA-ITB, Pengurus Program Studi IA-ITB dan Seluruh Anggota Biasa IA-ITB.
Sebelumnya, para alumni ITB secara terpisah juga mengadakan diskusi-duskusi untuk menyambut Kongres Nasional ke X IA-ITB ini. Diskusi-diskusi juga dilakukan untuk mengkritisi rencana pelaksanaan kongres, antara lain sistem i-voting yang akan diterapkan dalam Pemilu IA ITB.
Alumni ITB yang tergabung ke dalam forum Spirit Indonesia misalnya, meragukan sistem i-voting yang akan digunakan untuk memilih ketua umum Ikatan Alumni ITB pada kongres IA ITB, 26-27 Maret mendatang. Diskusi dengan tema "Pertaruhan Nama Besar ITB” yang diselenggarakan Spirit Indonesia, Senin pekan lalu, menghadirkan sejumlah pakar IT alumni ITB.
Salah satu yang disinggung Spirit Indonesia adalah pemilihan sistem i-voting yang dikembangkan sendiri bukan dengan sistem terbuka atau open source. “Masih sangat belum jelas, bagaimana i-voting versi self develop ini dikembangkan. Terkesan masih coba-coba. Tentu saja ini berbahaya. Kalau terjadi hal buruk dalam pemilu IA ITB, yang malu kan ITB juga,” kata Sutan Lubis, salah seorang anggota Spirit Indonesia.
Anggota Spirit Indonesia lain, Noor Cholis, juga menyoroti sistem i-voting sebagai satu-satunya kanal yang diberikan kepada alumni ITB untuk memilih ketua umum. “Ini sangat berisiko dan tidak lazim. Padahal, seharusnya diberikan juga opsi memilih langsung di TPS, pemilihan melalui surat fisik, dan surat elektronik alias email,” tutur Noor. Selain terkesan belum siap, ternyata pengembang sistem i-voting pemilu IA ITB juga belum diketahui rekam jejaknya dalam menyelnggarakan i-voting.
Budi Raharjo, auditor IT yang bertugas mengawal sistem keamanan i-voting pemilu IA ITB, mengatakan, sistem i-voting pemilu IA ITB memang belum sepenuhnya aman. “Kalau diminta menilai skor dari 1 sampai 10, saya kasih skor 7. Ini setara dengan nilai C,” ujar Budi.
Delapan Calon Ketua Umum.
Delapan orang alumni ITB tercatat sebagai calon Ketua Umum IA-ITB Periode 2021 – 2025. Mereka masing-masing adalah:
Calon Ketua Umum Nomer Urut 1: Honesti Basyir, alumni Teknik Industri 1987, kini menjadi Direktur Utama Bio Farma sejak tahun 2019. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Direktur Utama Kimia Farma dan Direktur Keuangan PT Telkom Indonesia.
Calon Ketua Umum Nomer Urut 2: I Made Dana Tangkas, alumni Teknik Industri 1984, sekarangmenjadi Ketua Ikatan Alumni Teknik Industri ITB. Dia mantan Direksi Toyota Motor Manufacturing Indonesia, dan Vice President Toyota wilayah Asia Pasific, serta Ketua Pengembangan Industri Otomotif Indonesia (Gaikindo).
Calon Ketua Umum Nomer Urut 3: Gembong Primadjaja, alumni Teknik Mesin 1986, pernah menjadi Direktur PT Pelindo Energi Logistik, Ketua Tim Percepatan Konversi Bahan Bakar Gas pada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas, serta Ketua Ikatan Alumni Mesin ITB.
Calon Ketua Umum Nomer Urut 4: Hariyono dari Teknik Informatika 1985, pernah menjadi Doreksi di PT Sigma Cipta Utama, kemudian Vice President of Information Technology di PT Elnusa, dan Ketua Ikatan Alumni Informatika.
Calon Ketua Umum Nomer Urut 5: Bimo Sasongko dari Teknik Informatika angkatan 1990, pendiri Euro Management Indonesia, Ketua Umum IABIE (Ikatan Alumni Program Habibie), serta Wasekjen ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia).
Calon Ketua Umum Nomer Urut 6: Syarifah Amelia, alumni Fisika 2007. Kini menjabat sebagai Direktur Operasional PT Anugerah Selamat Mandiri (Tour Travel Umrah dan Haji), Staf Khusus Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Direktur Pengembangan Bisnis BUMD Kabupaten Belitung.
Calon Ketua Umum Nomer Urut 7: Gatot Sudariyono, dari Teknik Mesin 1980, pernah menjadi Ketua Panitia BNI ITB Ultra Marathon.
Calon Ketua Umum Nomer Urut 8: Seterhen Akbar Suriadinata, alumni Teknik Elektro 2003, Founder dari Labtek Indie sejak 2012 serta bekerja sebagai Freelance Remotely Operated Vehicle Pilot/Tech. (nis)