Ketua MPR: Kejahatan Transnasional Jadi Ancaman Serius
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan, kejahatan transnasional saat ini menjadi salah satu dari tiga jenis kejahatan non konvensional yang meningkat pesat. Periode 2014-2019, kejahatan transnasional meningkat 300 persen.
Lainnya, kejahatan terhadap kekayaan negara dan kejahatan dengan implikasi kontijensi yang mengganggu aspek-aspek keamanan, politik, sosial, ekonomi. Kejahatan ini meresahkan masyarakat, terjadi secara mendadak dan sulit diprediksi. Kejahatan terhadap kekayaan negara meningkat sekitar 200 persen.
Sebagai bagian dari kejahatan transnasional, penyalahgunaan narkoba, kejahatan trans-ekonomi dan kejahatan cyber yang peningkatannya juga sangat drastis.
Hal ini diungkapkan Bamsoet pada pembekalan umum peserta Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri 2021 secara virtual, di Jakarta, Jumat, 8 Oktober 2021.
"Indonesia menjadi lebih rawan terhadap kejahatan yang sifatnya sistemik. Keamanan dalam negeri semakin dipengaruhi oleh dinamika internasional. Di sinilah makna penting eksistensi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri, sebagai entitas kelembagaan yang menjadi kawah Candradimuka bagi lahirnya sumber daya manusia Polri yang berkualitas dan berintegritas," tambah Bamsoet.
Di samping itu, Bamsoet mengapresiasi, kepemimpinan TNI dan Polri dalam membantu penanganan pandemi Covid-19. Khususnya dalam mempercepat vaksinasi dan mengajak masyarakat agar taat protokol kesehatan.
Hingga 5 Oktober 2021, dari target 208,2 juta jiwa sasaran vaksinasi, tercatat Indonesia sudah melakukan vaksinasi dosis kesatu terhadap lebih dari 94,9 juta orang atau 45,6 persen dari total target. Sementara untuk dosis kedua sudah mencapai lebih dari 53.6 juta orang atau 25,8 persen dari total target.
Katanya, MPR RI sebagai lembaga perwakilan yang paling merepresentasikan rakyat Indonesia, karena terdiri dari anggota DPR RI dan DPD RI. Selalu memberi dukungan kepada pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional.
Sehingga pertumbuhan ekonomi yang sempat mencapai titik terendah minus 5,32 persen pada kuartal II/2020, mulai membaik menjadi minus 3,2 persen pada kuartal III/2020, dan minus 2,19 persen kuartal IV/2020.
"Sinyal pemulihan ekonomi mulai tampak pada semester I/2021. Terlihat dari beberapa indikator seperti pertumbuhan ekonomi, neraca perdagangan, penanaman modal asing, indeks keyakinan konsumen, indeks penjualan ritel, indeks manufaktur, survei kegiatan dunia usaha, kredit perbankan, serta indeks harga saham gabungan. Pada semester pertama tahun 2021, laju pertumbuhan ekonomi bergerak ke arah positif. Kendati pada kuartal I/2021 masih terkontraksi 0,74 persen, namun di kuartal II, ekonomi Indonesia melesat hingga mencapai 7,07 persen," kata Bamsoet.
Advertisement