Ketua KWI Prihatin Tipisnya Rasa Toleransi dan Saling Memaafkan
Sekarang banyak orang takut bicara karena khawatir salah omong, dan dipolisikan. Toleransi dan saling memaafkan juga semakin tergerus.
Kritik sosial ini disampaikan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia ( KWI ) Mgr Ignatius Suharyo, di Pastoral Keuskupan Agung Jakarta, Sabtu 2 Pebruari 2019.
Menurut Suharyo, hampir setiap hari ada orang yang dilaporkan ke polisi karena salah omong dan dianggap mencemarkan nama baik. Si A melaporkan si B karena merasa difitnah. Si B melaporkan balik si A terkait pencemaran nama baik . Ini sebuah fenomena akibat merosotnya nilai-nilai toleransi yang selama ini digembar gemborkan.
"Toleransi itu saling menghormati, saling memaafkan dan tidak mencari cari kesalahan orang lain," kata Ketua KWI yang merangkap sebagai Uskup Agung Jakarta.
Menipisnya toleransi ini, dalam catatan Mgr Suharyo, semakin terasa menjelang Pemilu Legislatif dan Pilpres 2019. Hampir setiap hari ada saja yang dilaporkan ke Bawaslu maupun ke Bareskrim Polri karena beda pendapat.
Kejadian ini, selain memanaskan konstelasi politik, juga menjadi ujian bagi aparat penegak hukum maupun Bawaslu. Apakah bisa menyelesaikan dengan adil berbagai pengaduan masyarakat tersebut.
Ketua KWI mengambil contoh kejadian yang saat ini viral di Medsos adalah pernyataan Menkominfo Rudiantara yang dianggap menggiring ASN di lingkungan kementriannya untuk memilih Capres- Cawapres nomor tertentu.
"Ujung ujungnya Menkominfo dilaporkan ke Bawaslu oleh kubu opisisi. Ini adalah salah satu bukti intoleransi telah menggurita di masyarakat, sehingga tidak ada keinginan menyelesaikan persoalan secara damai dan saling memafaafkan," kata Mgr Suharyo. (asm)