Ketua Gerakan Petani Nusantara Raih Anugerah Konservasi Alam 2021
Dr. Suryo Wiyono adalah seorang dosen Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB). Ketua Umum Gerakan Petani Nusantara (GPN) ini meraih penghargaan kategori dedikasi pada penemuan sumber daya genetika bermanfaat di Anugerah Konservasi Alam 2021.
Penghargaan tersebut diterima Dr. Suryo Wiyono pada acara Puncak Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional Tahun 2021. Acara tersebut digelar di Taman Wisata Alam Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Rabu 24 November 2021.
Penganugerahan yang diraih Dr Suryo Wiyono karena Kecintaannya pada dunia pertanian, petani, dan lingkungan. Kiprahnya mengembangkan mikroba untuk meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan sejak 2018 silam.
Dikutip dari siaran pers Sekretariat Gerakan Petani Nusantara dan IPB, Dr. Suryo Wiyono berhasil menemukan dan mengembangkan tiga jenis mikroba yang bermanfaat. Tiga jenis mikroba tersebut adalah PGPR atau Plant Growth Promoting Rhizobacteria (lysin bacillus fusiformis), cendawan pathogen serangga untuk wereng (Hirsutella), dan bakteri Anti frost. Salah satu mikroba itu, PGPR, merupakan hasil dari risetnya di Ciremai.
Dr. Suryo Wiyono berhak menerima sertifikat penghargaan dari Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr Alue Dohong, didampingi Dirjen Konservasi Sumber Daya dan Ekosistem, Ir. Wiratno MSc dan Gubernur NTT, Viktor Laiskodat.
“Bersama Tanam Nasional Gunung Ciremai, alhamdulillah, PGPR tersebut sudah diaplikasikan para petani di 57 Desa Penyangga, yaitu di Kuningan dan Majalengka. Aplikasi PGPR Ciremai dilakukan pada tanaman padi, ubi jalar, timun, tomat, bawang merah, bawang putih, kacang Panjang, jahe, jagung, kopi dan cengkeh,” ungkapnya.
Para petani yang menggunakan PGPR Ciremai telah merasakan manfaatnya. Para petani yang menggunakan mikroba besutan Suryo ini sudah bisa mengurangi penggunaan pupuk sintetik hingga 50 persen. Selain itu para petani juga sudah bisa menurunkan penggunaan pestisida sampai 100 persen.
Sementara pada sisi hasil, penggunaan mikroba ini mampu meningkatkan hasil 30-70 persen. “Dengan penggunaan mikroba ini para petani mendapat manfaat langsung sekaligus juga bisa berkontribusi menjaga keseimbangan alam," jelas Dr. Suryo Wiyono.
"Dengan menggunakan mikroba ini penggunaan input kimia sintetis jadi terbatas. Jadi ekosistem lebih terjaga," sambung dia.
Penggunaan mikroba merupakan terobosan penting di tengah tantangan dunia pertanian yang ada saat ini seperti perubahan iklim. Menurut Dr. Suryo Wiyono, teknologi microbial menjadi salah satu tumpuan pertanian ke depan untuk meningkatkan produksi sekaligus mengurangi ancaman perubah iklim.
“Saya berharap dengan penemuan yang ada dari para peneliti, seperti mikroba ini, menjadi jalan untuk menguatkan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani,” pungkasnya.
Ajang Anugerah Konservasi Alam 2021 dimeriahkan oleh kehadiran para pejabat Kementerian Kehutanan, Dirjen dan Sekjen, Gubernur NTT, Danrem, para bupati di NTT. Kepala Taman Nasional se-Indonesia, dan Kepala BKSDA se-Indonesia. Selain itu hadir pula komunitas, pemuda, pelajar, Pramuka Saka Wana Bhakti, tokoh masyarakat, ilmuwan, NGO, dan aktivis pelestarian lingkungan.