Ketika Ustad Pemuda Hijrah Berhijrah ke NU
Kita semua berproses menuju manusia yang lebih baik. Kalau dulu hijrah secara fisik Baginda Rasul pindah dari Mekkah ke Madinah, kini banyak anak muda yang hijrah belajar tentang Islam agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Namun apa jadinya jika seorang Ustad yang selama ini membimbing mereka mengenal Islam malah merasakan kehampaan diri. Jiwanya meronta hendak mencari sang pembimbing yang memberikan jawaban akan apa yang dicarinya selama ini.
Boleh jadi ketenaran tak melahirkan ketenangan. Bisa jadi dia yang membimbing sejatinya justru butuh lebih banyak bimbingan. Suatu hal yang sebenarnya lumrah.
Ada yang mencari Allah; ada pula yang dicari Allah. Salman al-Farisi mengembara mencari kebenaran kabar yang dia terima akan datangnya Rasul terakhir. Pencariannya berakhir saat bertemu Nabi Muhammad. Ada pula model seperti Umar bin Khattab yang tiba-tiba meleleh mendengar bacaan ayat al-Quran dan sejak itu terus mendampingi dakwah Nabi.
Ketika 3 jam Ustad Hanan bertemu Kiai Marzuki Mustamar, dialog dari hati ke hati dalam bahasa Arab, ternyata mampu meluluhkan hati sang Ustad. Air mata mengucur, seolah dia terlahir kembali menemukan apa yang dia cari. Inilah jawaban dari doanya saat iātikaf di Masjidil Haram. Dia bertemu Sang Guru.
Tanpa ragu di depan ribuan jamaah, dia ucapkan baiat untuk memegang teguh Aswaja, NU dan NKRI. Saya turut hadir menyaksikan dan menemaninya malam itu.
Welcome to the club, Bro @hanan_attaki. Sejak malam itu, disetiap langkah dakwahmu, ada doa-doa Hadratus Syekh Hasyim Asyari dan para Masyayikh NU menemanimu.
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Advertisement