Ketika Stebby Mengungkap Dunia Sekong
Resensi Buku
oleh Hafiidhaturrahmah
Judul : Sekong
Penulis : Stebby Julionatan
Editor : Ama Achmad
Penerbit : Basabasi
Tahun terbit : 2021
Jumlah Halaman : 208 halaman
Ukuran : 12cm x 19cm
Tubuhku hanya ditumbuhi sebuah rumah
Rerumputan di luar pagar mengering
Tak berikan warna pada hujan yang mampir
(pembuka)
Novel Sekong menggegerkan dunia kepenulisan. Bukan karena Stebby Julionatan merupakan salah satu emerging writer Ubud Writers Readers Festival (UWRF) 2021, novel ini mengulas dunia homoseksual dengan jujur dari kacamata laki-laki.
Berawal dengan tokoh “aku”, penyiar sekaligus penyair, Stebby menjadikan dirinya dekat dengan pembaca melalui tokoh tersebut. Teknik penulisan verisimilitude dipilih supaya pembaca menyatu lebih dalam dengan penulis. Si penyiar radio di Probolinggo ini membawakan acara Laporo Rek! Luka masa lalunya terbongkar ketika sebuah telepon dari Surti masuk. Bukan sekadar lapor listrik mati mendadak atau jalanan berlubang, Surti lapor tentang suaminya selingkuh. Ya, lapor di kanal radio yang didengar ribuan telinga, tanpa editan, tanpa dipotong-potong. Rahim, suami Surti adalah abdi negara, berselingkuh dengan perawat yang juga abdi negara. Dari siaran radio inilah buntut panjang dunia sekong terungkap karena Rahim sebenarnya tidak pernah benar-benar mencintai Surti.
Dari Ego Penyair hingga Nikah Muda
“Menaklukkan ego pribadi adalah hal tersulit. Sama seperti pelayanan, hal tersulit adalah melakukan pelayanan ke dalam keluarga” (hal. 154).
Melalui penggalan kalimat itu diketahui jika penyiar sangat membenci perselingkuhan. Seperti ia yang membenci ayahnya karena baginya perselingkuhan adalah penyakit yang sulit sembuh.
Jika tidak mencintai pasangannya, mengapa menikah? Benang ruwet dari telepon Surti membawa novel ini menguliti masa lalu Surti dengan Tejo, suami pertamanya. Tradisi nikah muda di desa digambarkan secara elegan oleh Stebby melalui Surti yang menikah saat masih kelas 2 SMP. Menikah sekadar jadi wadah pelepasan tanggung jawab orang tua (hal. 35). Bertahan hanya dua tahun, Surti merawat bayi merahnya sendirian. Menikah kali kedua, Surti bertemu Rahim yang ternyata terpaksa menikahinya karena alasan “politik”: bapaknya yang pejabat DPRD butuh suara bapak Surti untuk bisa terus berkuasa.
Jika bukan istrinya, lalu siapa yang dicintai Rahim. Apakah Rahim mencintai selingkuhannya? Perawat yang sahabat Rahim ternyata hanya batu loncatan. Rahim memendam rasa yang sesungguhnya kepada tokoh TL (Tour Leader), lelaki yang menemaninya di Bali. TL adalah lelaki pintar yang terobsesi kasih sayang dan perhatian ayahnya. Bersaing dengan kakaknya yang tidak terlalu pintar namun selalu menjadi anak kesayangan ayahnya, TL berhasil lolos STPDN. Binar bangga ayahnya ia gantikan dengan kesakitan ketika TL sengaja keluar dari STPDN dan mengambil jurusan pariwisata. Melalui TL, Stebby membawa kita menjelajahi pesona wisata alam Probolinggo, yang masih asri di beberapa lokasi, yang masih mengakar kuat budaya gotong royong, yang belum diolah sepenuhnya dengan baik, sampai yang terlalu diekploitasi besar-besaran.
Tidak hanya bermain dengan potensi wisata Probolinggo, satu demi satu nama tokoh bermunculan bersama kritik sosial yang berhasil Stebby bawa. Nuansa kental dunia politik dalam novel ini tidak terasa menjemukan karena kisah cinta para sekong menyelubunginya. Kehidupan para sekong dihadirkan tidak hanya melalui Rahim, TL dan penyiar sendiri, tetapi tokoh lain seperti Rully, Musthafa, Bram dan masih banyak lagi. Tidak ada batasan gender dalam novel ini karena semuanya setara. Stebby menunjukkan kebebasan menulisnya dengan menghadirkan intrik di kalangan beragama tentang rasa suka sesama jenis ini sefasih ia menghadirkannya dalam ranah abdi negara. Permainan derita batin menyembunyikan identitas kecenderungan seksual menjadi area yang dapat diolah Stebby dengan baik.
Sebagai bonus, Stebby dengan lancar menyelipkan kisah Aphrodite, Dewi Kecantikan yang cemburu kepada Psyche, putri bungsu raja Yunani. Dia menyuruh anaknya Eros untuk membunuh Psyche yang berakhir dengan jatuh cinta. Kisah cinta yang membuat Aphrodite makin marah. Psyche digambarkan seperti perawat yang mencintai Rahim dan bersedia menanggung konsekuensi dengan berpura-pura mengaku menjadi selingkuhannya.
Topeng Hidup
Tidak semua sekong dapat mengungkakan identitasnya kepada publik. Di antaranya ada yang menjalani peran bertopeng dengan kamulfase pernikahan, istrinya ada yang tahu maupun tidak tahu, tetapi ada yang memilih tidak menikah dan bebas loncat dari satu pelukan ke pelukan lain. Tidak ada yang salah dari sebuah pilihan hidup. Setiap orang bebas memutuskan dan melakukan sesuatu tanpa bisa menghindari konsekuensi dari pilihannya itu. Stebby melukiskan apa yang diamatinya secara utuh dan novel ini menjadi penyegaran terhadap stigma yang melekat pada kaum sekong itu sendiri. Benar memang jika ada gaydar atau radar khusus yang akan ditangkap sinyal kuat oleh sesamanya.
Salah jika kita menduga novel ini sebatas membahas detail percintaan para sekong. Lebih dalam, jelas Stebby memasukkan banyak unsur kritik kepada tatanan sosial dengan menjadikan kanal Laporo Rek! sebagai wadah para warga dapat mengkritik wali kota secara langsung atau melaporkan apapun keluhan mereka. Pergolakan kaum wanita juga dibidik Stebby, salah satunya peran istri dari seorang suami sekong. Apakah benar dengan menikah, sekong akan belajar mencintai wanita, sekong akan berhenti dari rasa menyukai sesama jenis, sekong akan menjadi lebih baik dan bertanggung jawab apalagi jika mereka punya anak. Apakah Surti jadi bercerai dengan Rahim setelah pengaduan radio yang berbuntut panjang ini? Terlepas dari beberapa typo kepenulisan, novel ini sungguh harus dibaca pelan-pelan dengan menyeruput kopi.