Ketika Mendikbud Kaget Karena Dibully
Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy kaget. Ketia baru saja dipilih jadi menteri oleh Presiden Jokowi bulan Juli tahun lalu, dia langsung dibully gara-gara idenya mengenai program full day school.
"Saya `dibully` macam-macam. Dicaci maki. Saya kaget, semua orang, bahkan penyanyi dan pelawak seakan menjadi pakar pendidikan, katanya hari Rabu (5/4) siang di Jakarta.
Muhadjir menyayangkan tidak ada yang melakukan klarifikasi ke dia langsung atau tabayyun. Hal itu menyadarkannya bahwa dalam pendidikan, banyak pihak harus terlibat. Tapi ya begitulah, jangan menteri, presiden aja dibully habis-habisan. “Akhirnya saya harus membiasakan diri, karena perkembangan IT sudah tidak bisa dibendung lagi,” tambahnya.
"Presiden Jokowi sudah setuju, akan dilakukan reformasi sekolah mulai dari peranan kepala sekolah hingga jam mengajar guru."
Selama ini, kata dia, terutama di daerah lama mengajar di sekolah hanya empat hingga enam jam dan dilakukan dua" shift" atau pergantian kelas. Namun guru yang mengajar tetap sama dan mendapat lemburan. Padahal idealnya, delapan jam.
"Ini soal mental guru, ini yang akan kita ubah karena dikhawatirkan nanti mengganggu rencana besar Pak Jokowi dalam revolusi mental," tegas dia.
Untuk tingkat pendidikan dasar yakni SD dan SMP, pendidikan karakter diperkuat. Hal itu sejalan dengan gagasan Bang Karno mengenai pendidikan karakter dalam membangun nasionalisme dan membangun bangsa.
"Saya mencoba menerapkan apa yang tertuang dalam Nawa Cita mengenai pendidikan karakter. Kami menetapkan 70 persen materi dari pendidikan dasar itu adalah pendidkan karakter. Hanya 30 persen saja pengetahuan," papar dia.
Ketua Bidang Pendidikan Muhammadiyah tersebut menegaskan pihaknya memperkuat pendidikan karakter di sekolah melalui program PPK.
Hingga 2016, PPK telah diimplementasikan di 542 sekolah di 34 provinsi. Dalam program itu terdapat lima nilai utama karakter, diantaranya religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas pada tiga kegiatan inti (intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler) akan menjadi praktik penerapan di sekolah percontohan PPK tersebut.
Kemdikbud menargetkan sampai dengan 2020 seluruh sekolah di Indonesia telah menerapkan pendidikan karakter. (nga)