Ketika HP Tuan Guru Dicuri dalam Masjid, Lucu Sekaligus Haru
Suatu kejadian yang mengejutkan, terkadang memberikan hikmah. Juga menjadi pelajaran dalam kehidupan.
Ini sedikit cerita tentang TGH Ibnu Kholil, tuan guru muda dari Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pertama kali terjun dalam politik, ia langsung terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI mewakili warga Lombok di Senayan. Banyak orang menganggapnya beruntung.
Alumni Pondok Pesantren Salafiah Assyafiiah, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur. Ketika mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI, ia banyak dibantu oleh jaringan Ikatan Alumni Santri Pondok Pesantren Salafiah Assyafiiah, Situbondo (IKSASS) Cabang Lombok. Selain itu tentu saja jamaah NU, terutama kelompok-kelompok pengajian yang pernah ia datangi. Setahu saya ia santri kedua alumni Situbondo yang terpilih sebagai anggota DPD RI dari Lombok Tengah.
TGH. Ibnu pernah kehilangan handphone (HP) di dalam sebuah masjid di Jakarta. Itu terjadi beberapa minggu setelah ia terpilih sebagai anggota DPD. Pengalaman itu ia ceritakan saat mengisi Pengajian Umum Mingguan Hidayatuddarain, Dasan Geres, Lombok Barat, 2019.
Suatu malam ia bermalam di suatu masjid di kawasan Kramat Raya, Jakarta untuk salat dan istirahat. Ia merasa sayang uangnya dipakai menyewa hotel hanya untuk istirahat. Toh pagi-pagi ia harus berangkat kebandara Sukarno-Hatta untuk menghadiri sebuah acara di Makassar.
Di suatu masjid yang ia tidak tahu namanya, TGH.Ibnu Kholil melaksanakan salat. Selesai salat, ia mencari HP-nya. Ia sampai membolak-balik tas untuk menemukan benda itu. Padahal ia tahu persis sebelum salat HP ia masukkan dalam tas. Tas itu ia letakkan di samping belakang posisinya salat.
Sekian waktu mencari, ia baru sadar ternyata saat salat tadi HP-nya diambil seorang pencuri.
“Untung dompet tidak ikut diambil” katanya.
Dari kejadian itu ia tertegun -- masjid memang tempat orang salat, tempat orang Islam beribadah. Masjid juga sering disebut sebagai ‘rumah’ Allah tapi bukan jaminan bebas dari tindakan pencurian.
Ah, itu di Jakarta. Di sana apa saja bisa terjadi. Apa saja bisa dilakukan oleh orang untuk bisa makan. Untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup.
Kalau ada orang masih kehilangan sandal, sepatu di masjid itu akan dianggap peristiwa kecil dan biasa. Kasus kotak amal masid hilang pun banyak terjadi. Orang ke masjid bukan semata untuk ibadah atau bermunajat kepada Tuhan – tapi niat lain termasuk muncuri juga bisa muncul.
Setelah tahu HP miliknya hilang dicuri, ia mengaku pasrah. Harga HP itu ketika dibeli Rp1,9 juta. Namun ia percaya, nanti pasti diganti oleh Allah yang lebih baik.
Setelah sampai di Makassar, Dr. Mahyudin -- wakil ketua MPR datang menghampirinya. Politisi asal Partai Golkar itu mengatakan bahwa dirinya berkali-kali menghubungi tapi tidak bisa nyambung. Ia khawatir jangan-jangan ada masalah. Saat itulah ia cerita bahwa HP-nya diambil oleh orang ketika sedang salat di suatu masjid di Jakarta.
Mendengar ceritanya, Dr.Mahyudin mengatakan akan menyuruh anak buahnya untuk membelikan HP baru. Walau begitu ia tidak terlalu berharap. Tak lama setelah itu, ketika sedang berada di kamar hotel pintunya tiba-tiba diketuk oleh orang. Itu pasti pegawai hotel pikirnya. Ternyata yang datang anak buah wakil ketua MPR itu. Ia datang diperintah bosnya untuk memberikan HP yang baru dibeli.
Tentu saja ia kaget sekaligus senang. “Betapa cepat Allah menggantinya” gumamnya.
Harga baru HP tersebut Rp11 juta. Harga yang berkali-kali lipat dari harga HP-nya yang hilang beberapa waktu lalu‘di rumah’ Allah itu. Pengalaman itu ia ceritakan pada istrinya lewat telpon.
“Jual saja lagi 'kan bisa pakai beli motor itu,” katanya bercanda.
Baginya harga HP Rp11 juta itu cukup mahal. Di Lombok uang sebesar itu bisa dipakai beli motor baru secara cash (kontan). Malah kalau motor seken bisa dapat 2 unit motor.
Tentu saja ia tidak akan menjual HP itu sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih kepada temannya yang membantu. Kenangan, cerita dan kisah di balik suatu barang yang dihadiahkan oleh seseorang kadang jauh lebih berharga dari pada uang.