Ketika Gus Ipul Terkecoh
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dikagetkan dengan insiden jatuhnya Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban yang mendadak pingsan di sela-sela acara penyerahan penghargaan kepada petugas berprestasi dari tim 119 bentukan Polres dan Pemerintah Kabupaten Tuban, Kamis 16 November 2017.
Plt Kepala Dinas Kesehatan itu pingsan tanpa penyebab. Gus Ipul, Wakil Bupati Tuban Nur Nahar dan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur dr Kohar yang duduk di bangku paling depan sempat terperanjat dan mendekati ibu tersebut untuk menolong. Reflek tiga pejabat ini berdiri dan segera mendekati ibu yang sendang pinsan di tengah-tengah lapangan itu.
Gus Ipul sendiri baru tersadar jika kejadian ini adalah bagian dari simulai penanganan cepat 119 yang dilaunching Pemerintah Kabupaten Tuban di Alun-alun Tuban, setelah diberitahu. "Ini hanya simulasi Gus," ujar seorang petugas kepada Gus Ipul, padahal saat itu Gus Ipul tampak ingin buru-buru segera menolong.
Insiden Gus Ipul terkecoh inipun akhirnya disambut tawa para peserta acara yang memadati alun-alun Tuban.
Sementara itu, simulasi yang berjalan singkat kali ini merupakan serangkaian agenda mendukung layanan kegawatdaruratan medis melalui 119 selama 24 jam yang dilakukan tim Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu atau Public Safety Center (PSC). Melalui instruksi presiden (Inpres) No. 4 Tahun 2013, seluruh kabupaten/kota di Indonesia mewajibkan untuk membentuk tim PSC. Empat kabupaten/kota di Jawa Timur telah membentuk PSC, salah satunya Kabupaten Tuban.
"Angka kecelakaan lalu lintas saat ini sudah menunjukkan angka yang cukup tinggi. Sehingga dibutuhkan respon cepat dari petugas medis untuk mengurangi angka kematian. Simulasi semacam ini sangat menarik untuk melatih kecepatan penanganan korban," ujar Gus Ipul.
Dalam kesempatan ini, Gus Ipul mengatakan bahwa kesehatan keluarga menjadi pilar penting yang harus diperhatikan untuk mewujudkan Indonesia Sehat.
"Kalau kita ingin mewujudkan kelurahan sehat, kecamatan sehat, kabupaten sehat, Jawa Timur sehat dan Indonesia sehat, maka keluarga harus diutamakan dulu. Apalagi, Kementerian Kesehatan sesuai dengan Permenkes 39 tahun 2016 sudah melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga sehat," kata Gus Ipul.
Permenkes itu sendiri, sebut Gus Ipul, sudah mengatur secara gamblang soal penerapannya, mulai promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Gus Ipul mengatakan, untuk mewujudkan keluarga sehat telah ditetapkan 12 indikator Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Yaitu mengikuti program Keluarga Berencana (KB), ibu melakukan persalinan difasilitasi kesehatan, bayi medapat imunisasi dasar lengkap, bayi mendapatkan ASI eksklusif serta balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan.
Indikator lainnya, beberapa penyakit khusus semisal tuberkolosis paru wajib mendapatkan pengobatan sesuai standar, penderita hipertensi juga harus melakukan pengobatan secara teratur, kemudian penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan.
Selain itu, anggota keluarga tidak ada yang merokok, keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), keluarga mempunyai akses sarana air bersih, dan keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
"Saat ini Indonesia mengalami perubahan pola penyakit atau transisi epidemiologi. Dari tahun 1990 sampai 2015 telah terjadi pergeseran pola penyakit. Jika dulu penyakit menular merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan, saat ini sudah bergeser. Penyakit tidak menular yang memiliki proporsi utama (57 persen dari total kasus)," kata dia.
Mengapa demikian ? Gus Ipul mengatakan kalau semua itu terjadi akibat perubahan pola hidup masyarakat, pola hidup yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan makan yang tidak baik.
Karenanya diperlukan peningkatan upaya preventif dan promotif, tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif. "Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) menjadi sebuah pilihan dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik," kata dia. (wah)