Ketika Gus Ipul Satu Panggung dengan Para Juara Pencak Dor di Kediri
Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 2 Saifullah Yusuf (Gus Ipul) kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap seni di Jawa Timur.
Setelah pada Jumat (16/3/2018), pria yang akrab disapa Gus Ipul ini menyaksikan film karya anak muda asal Malang, Bayu Moekito berjudul Yowis Ben, sehari setelahnya (Sabtu, 17/3/2018) hingga (minggu 18/3/2018) dinihari giliran ia menyaksikan atraksi seni lokal asal Kediri, Pencak Dor.
Keponakan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini menyempatkan hadir di tengah petunjukan "adu tanding" setelah ia menuntaskan kunjungannya di Trenggalek di hari yang sama.
Wakil Gubernur Jatim yang sedang cuti ini tiba sekitar pukul 23.00 WIB. Ia tak sendiri melainkan bersama Abdullah Abu Bakar (Walikota Kediri), M Nur Arifin (Wakil Bupati Trenggalek), serta Supriono (Ketua DPRD Tulungagung).
Untuk diketahui, meskipun atraksi ini berlangsung di Kota Kediri, namun pesertanya melibatkan dari berbagai daerah, termasuk Tulungagung, Blitar, hingga Trenggalek.
Banyak atlet silat dari berbagai perguruan unjuk kekuatan pada ajang duel satu lawan satu ini.
Gus Ipul yang hadir di tengah acara pun tak cukup melihat atraksi pencak ini dari podium kehormatan yang menjadi tempat tamu VIP menonton.
Kandidat yang akan berpasangan dengan Calon Wakil Gubernur, Puti Guntur Soekarno ini bahkan ikut naik ring, tempat para juara bertanding.
Dari atas panggung, Gus Ipul pun mengapresiasi para petarung dan pendukungnya yang mau menjaga sportifitas selama bertanding.
"Saya bangga bisa naik ke atas panggung bersama orang pilihan. Teman-teman ini pukul-pukulan, antem-anteman, sampai saduk-sadukan. Namun, begitu acara selesai, salaman, guyu, dan rangkul-rangkulan," puji Gus Ipul dari atas ring.
"Di atas panggung kita lawan, namun di bawah kita adalah saudara. Namun, pada dasarnya, semua yang ada di atas panggung adalah juara,"tegasnya.
Lebih lanjut, seni tradisional Pencak Dor harus terus dijaga kelestriannya. Sebab, bukan hanya berpotensi menaikkan nilai wisata, namun juga sekaligus bisa menjadi ajang untuk melahirkan banyak atlet.
"Ini adalah ajang untuk mewadahi para petarung agar tak berkelahi di jalanan. Seni ini adalah panggungnya para pemberani," ujarnya.
Melalui seni ini, Jawa Timur kemudian berhasil melahirkan banyak atlet pencak profesional.
"Ajang ini sudah berjalan bertahun-tahun. Bahkan, di antara mereka ada yang menjadi petarung profesional. Oleh karenanya, ajang ini juga menjadi perhatian nasional," pujinya kembali.
"Oleh karenanya, pemerintah harus ikut memberikan perhatian agar seni tradisional ini tetap lestari," pungkasnya. (*)