Bersama istri tercinta, Fatma Saifullah Yusuf; Wagub Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) berduet diiringi musik kolintang saat membuka Lomba Kolintang Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) Jatim, di Atrium Grand City, Surabaya, Sabtu (22/4). Bu Fatma yang juga Ketua BKOW Jatim mengatakan, era global dimana gempuran budaya asing terus mengancam, maka melestarikan budaya, secara tak langsung telah ikut menjaga jati diri dan kepribadian bangsa. "Lomba kolintang ini sudah yang ke enam kali sebagai bentuk upaya kita untuk melestarikan budaya lokal. Dan kali ini digelar tepat di hari Kartini untuk mengingat perjuangan emansipasi yang digelorakan RA Kartini," kata Bu Fatma. Budaya lokal harus tetap dijaga dan dilestarikan, salah satunya melalui lomba kolintang . Dengan tetap melestarikan budaya lokal, secara tidak langsung juga menunjukkan jati diri dan kepribadian bangsa. Menurutnya, di era global dengan infiltrasi budaya asing yang semakin gencar, membuat masyarakat disuguhi budaya dari luar. Terkadang, budaya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilaI budaya Indonesia. "Untuk itu, berbagai budaya lokal harus senantiasa digelorakan sebagai upaya membangkitkan rasa cinta tanah air. Salah satunya lomba kolintang ini, " ucapnya. Ia menjelaskan, lomba kolintang yang sudah enam kali ini, diselenggarakan tepat pada Hari Kartini. Hal tersebut dimaksudkan agar selalu mengingat perjuangan R.A Kartini."Perjuangan R.A. Kartini yang luar biasa tersebut harus diteruskan oleh Kartini zaman sekarang. Salah satunya melalui melestarikan budaya lokal,"jelasnya. Menurutnya, R.A. Kartini adalah pejuang emansipasi yang memiliki cara pikir yang maju. Wujud pemikiran maju adalah dengan berjuang mengangkat derajat wanita Indonesia. "Sampai saat ini, semangat juangnya tetap relevan dan menjadi fenomena,"ungkapnya. Ketua BKOW Jatim itu menambahkan, pelaksanaan lomba kolintang sebenarnya mengalami kendala diantaranya keberlangsungan grup kolintang yang tergantung dari dukungan pimpinan SKPD. Khusunya dalam hal dukungan materiil dan terjadinya mobilisasi pemain kolintang yang notabene kebanyakan adalah istri TNI, POLRI maupun PNS sehingga kadang pindah karena mengikuti kerja pasangannya. Kendala lainnya adalah saat membentuk grup relatif sulit karena butuh waktu yang panjang, keseriusan dan bakat. Keahlian dalam memainkan kolintang bukanlah keahlian instan dimana membutuhkan keseriusan untuk menguasainya. Meskipun mengalami banyak kendala, tidak mengurangi semangat semua pihak dalam melestarikan budaya lokal khususnya musik kolintang. “Tujuannya agar musik kolintang terus eksis di Indonesia dan mancanegara," tambahnya. (Wah) Surabaya